ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia tercatat sebagai negara yang akrab dengan bencana alam akibat perubahan iklim.
Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian LHK, Sri Tantri Arundhati mengatakan, masyarakat dengan ekonomi rendah lebih rentan terdampak perubahan iklim.
“Masyarakat ekonomi lemah akan semakin terpukul ekonominya jika terjadi bencana akibat perubahan iklim, seperti banjir, longsor dan badai. Berbeda dengan ekonomi menengah ke atas, yang masih bisa beradaptasi dengan bencana,” jelasnya saat media briefing virtual, Rabu (23/9/2020).
Menurut dia, pemahaman masyarakat ekonomi lemah juga masih sangat terbatas dalam hal perubahan iklim.
“Edukasi sangat dibutuhkan. Pengurangan risiko bencana itu sama dengan mitigasi bencana yang juga serupa dengan adaptasi,” jelasnya.
Adaptasi berkaitan dengan bagaimana masyarakat berupaya jika dampak yang akan terjadi itu adalah bencana. Beberapa cara adaptasi yang nyata bisa dilakukan melalui peningkatan ketahanan pangan, melawan kekeringan dan lainnya.
“Mitigasi lebih kepada pengelolaan sampah, limbah padat dan cair. Pengamanan energi terbarukan dan konservasi energi, hingga budidaya pertanian,” jelasnya.
6.885 Wilayah Rentan
KLHK mencatat saat ini ada 6.885 desa yang memiliki kerentanan tinggi terdampak perubahan iklim.
Berdasarkan data komponen desa 2018 itu, 6.885 (8,20 persen) dari 83.931 wilayah desa, berpotensi tinggi terdampak bencana.
“Rentan itu kalau tidak punya kapasitas adaptasi atau mitigasi soal dampak perubahan iklim,” ujarnya.
Rentan tersebut juga bisa diartikan jika desa yang dimaksud, memiliki risiko tinggi terhadap perubahan iklim.
Dia mengatakan, mayoritas desa saat ini atau sekitar 75.687 (90,18 persen) berada di kondisi dengan tingkat kerentanan sedang.
“Tapi itu bukan berarti baik, karena bisa menjadi berisiko tinggi atau sangat tinggi jika tidak ditangani,” urainya.
Selama ini mitigasi memang menjadi perbincangan utama. Namun, Co2 yang tidak tersalurkan kembali dari Bumi, akan bertahan lebih dari 100 tahun dan berdampak pada manusia dan wilayahnya.
“Dampak itu bisa banjir dan longsor, dengan intensitas dan semakin buruknya bencana yang sering,” jelasnya.
Selama ini intensitas menyoal bencana di Indonesia juga cenderung semakin buruk. Jika adaptasi dan mitigasi tidak diperbaiki, banjir, longsor dan bencana alam lainnya akan semakin intens.
“Contohnya banjir 1 Januari lalu, kemudian banjir bandang di Sukabumi kemarin. Ini kita lihat ada perubahan ekstrim,” terangnya.
Dengan situasi itu, lebih dari 90 persen wilayah desa lainnya, harus segera diantisipasi agar berubah ke tingkat kerentanan yang sangat rendah.
“Ini butuh kerja sama semua pihak. Utamanya pemda,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post