ASIATODAY.ID, JAKARTA – Negara-negara anggota ASEAN membahas pemulihan ekonomi di tingkat regional hingga evaluasi implementasi cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025.
Pembahasan ini berlangsung dalam pertemuan ASEAN Economic Community Council (AECC) ke-19 yang digelar secara virtual pada Selasa (10/11/2020). Pertemuan ini dipimpin oleh Tran Tuan Anh dari Vietnam dan dihadiri oleh seluruh AECC Ministers dari 10 Negara Anggota ASEAN (AMS).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan negara-negara ASEAN telah menyepakati kerangka kerja pemulihan ekonomi yang diberi nama ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF).
“Ini merupakan tindak lanjut dari arahan Leaders pada KTT ASEAN ke-36 tanggal 26 Juni 2020 untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19,” terangnya.
Menurut Airlangga, ACRF melibatkan seluruh pilar ASEAN, terutama pilar ekonomi, dengan fokus pada penanganan dampak Covid-19 yang cepat dan fleksibel, serta memiliki beberapa fase yaitu reopening, recovery, dan resilient.
Terdapat lima strategi di dalam ACRF, di antaranya meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra ASEAN, mempercepat digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan.
Dalam forum itu, ada sejumlah hal yang dibahas dan sudah disepakati.
Pertama, Indonesia dan ASEAN menyepakati tujuh dari 13 pembahasan prioritas. Sedangkan sisanya akan diselesaikan secara bertahap. Rinciannya, satu prioritas akan diselesaikan pada RCEP Summit, tiga prioritas masih berstatus on going, namun diharapkan selesai sebelum 2020, dan dua prioritas lain on going dan diharapkan selesai Januari 2021.
“Indonesia mendorong penyelesaian enam prioritas yang tersisa terkait transformasi digital dan revolusi industri 4.0 dengan penyusunan road map dan rencana aksi mendorong smart manufacturing di ASEAN, serta guide line dan road map pembangunan 5G di ASEAN agar ASEAN menjadi kawasan berdaya saing, modern, dan punya daya tahan yang tinggi,” jelas Airlangga.
Kedua, para negara ASEAN juga menyepakati cetak biru dari pelaksanaan lanskap strategi regional dan global serta dampaknya terhadap integrasi ekonomi di kawasan sampai 2025.
Ketiga, Indonesia mengapresiasi deklarasi ASEAN terkait wisata digital yang merupakan inisiatif dari para menteri pariwisata di ASEAN untuk lebih banyak menerapkan teknologi pada pengelolaan sektor wisata.
Airlangga juga melaporkan bahwa Indonesia sudah mengimplementasikan 60 prioritas atau sekitar 38,9 persen dari total 154 prioritas. Dari 154 prioritas itu, 19 prioritas diantaranya merupakan prioritas secara individu negara, Indonesia sudah mengimplementasikan 12 prioritas diantaranya.
Sementara secara kolektif, implementasi dari negara-negara ASEAN sudah mencapai 55 prioritas atau 35,2 persen dari 156 prioritas.
Keempat, para negara ASEAN menyepakati kerangka kerja pemulihan ekonomi bertajuk ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF) yang fokus pada penanganan dampak pandemi virus corona atau Covid-19 yang cepat dan fleksibel.
“Indonesia menyampaikan mengenai kebijakan pemerintah melalui program penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN),” tuturnya.
Selain itu, pentinganya pemanfaatan teknologi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat melalui ASEAN Travel Corridor.
Kelima, para negara ASEAN juga membahas mengenai industri 4.0 di ASEAN agar bisa dipercepat.
“Indonesia mendukung inisiatif ini sebagai salah satu upaya Indonesia dalam mewujudkan prioritas nasional ‘Making Indonesia 4.0’,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post