ASIATODAY.ID, JAKARTA – Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terdapat 10 wilayah di Indonesia yang berpotensi terjadinya gempa dan tsunami. Wilayah tersebut yaitu Kepulauan Mentawai, Lampung, Selat Sunda, Banten, Selatan Bali, Sulawesi Utara, Aceh, Sorong, Matano dan Lembang.
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, identifikasi tersebut dihasilkan dari data sesimic gap, distribusi b-value, dan zona aktif 2021.
“Seismic gap adalah zona sumber gempa potensial tetapi sudah lama belum terjadi gempa besar, zona ini diperkirakan sedang mengakumulasi medan tegangan pada kerak bumi dimana satu saat nanti akan dilepaskan sebagai gempa kuat,” kata Daryono dalam keterangannya, Senin (1/2/2021).
Sementara itu, distribusi spasial b-value menggambarkan hubungan antara frekuensi dan magnitudo gempabumi. Peta b-value dapat menggambarkan sebaran kawasan yang sudah sering terjadi gempa (nilai b-value tinggi) dan kawasan yang jarang terjadi gempa sehingga dapat berpotensi terjadi gempa (nilai b-value rendah). Selain itu, duga aktif adalah kluster aktivitas seismisitas yang dapat menjadi petunjuk terkait aktivitas gempa pembuka (foreshocks).
“Beberapa gempa besar yang pernah terjadi beberapa diantaranya didahului oleh munculnya kluster aktivitas gempa pembuka semacam ini,” tambah Daryono.
Ia menyatakan, dengan meningkatnya aktivitas gempa pada bulan Januari 2021 dan informasi potensi gempa, pihaknya mengimbau agar masyarakat agar tidak panik tetapi tetap waspada.
“Kita harus merespon informasi tersebut dengan upaya mitigasi yang konkret, dengan cara membangun rumah tahan gempa, menata ruang pantai yang aman tsunami, belajar cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami, memahami evakuasi mandiri tsunami, dan meningkatkan kemampuan dalam merespon peringatan dini,” beber Daryono.
“Gempa dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat kita hentikan, tetapi yakinlah bahwa kita mampu mengurangi risiko bencana dengan upaya mitigasi nyata dan sungguh-sungguh,” tutupnya.
Untuk diketahui, selama periode 1 hingga 31 Januari 2021, BMKG mencatat telah terjadi peningkatan aktivitas gempa tektonik di wilayah Indonesia sebanyak 646 kali dalam berbagai magnitudo dan kedalaman. Jumlah ini di dapat lebih tinggi mengingat rata-rata di bulan Januari terjadi gempa sebanyak 555 kali.
BMKG mencatat gempa dirasakan ( felt earthquake ) sebanyak 82 kali, jumlah ini sangat tinggi mengingat Januari 2020 terjadi gempa dirasakan 54 kali. Saat ini hampir setiap hari di wilayah Indonesia terjadi gempa dirasakan bahkan pada 14 Januari 2021, dalam sehari terjadi gempa dirasakan sebanyak 8 kali.
Selama bulan Januari 2021 di Indonesia terjadi gempa merusak 3 kali, yaitu: (1) Gempa Bahodopi, Morowali, Sulteng, magnitudo 4,9 pada 4 Januari 2021 menyebabkan beberapa rumah rusak. (2) Gempa Majene dan Mamuju, Sulbar, magnitudo 5,9 dan 6,2 pada 14 dan 15 Januari 2021 menyebabkan 105 orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak dan (3) Gempa Talaud, Sulut, magnitudo 7,1 menyebabkan beberapa rumah rusak. (ATN)
Discussion about this post