ASIATODAY.ID, JAKARTA – Program COREMAP-CTI WB (Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative World Bank) didorong menjadi referensi dalam pengelolaan ekosistem pesisir di Indonesia.
Melalui Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan mitranya, program tersebut telah diterapkan dari 2019 hingga Mei 2022 di dua provinsi terpilih yang masuk dalam bagian penting Segitiga Terumbu Karang Dunia, yakni Raja Ampat di Papua Barat dan Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kami mendorong agar contoh-contoh baik pengelolaan ekosistem pesisir prioritas yang telah dicapai dalam proyek COREMAP-CTI terus berlanjut meski programnya telah berakhir. Hal ini bisa terjadi jika ada kesungguhan komitmen dari berbagai stakeholders mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, organisasi masyarakat sipil, akademisi, maupun masyarakat setempat,” ujar Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Arifin Rudyanto dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (11/5/2022).
Dengan hibah dari World Bank melalui Global Environment Facility (GEF) sebesar USD6,2 juta, program tersebut dinyatakan telah memberikan dampak bagi rehabilitasi lingkungan setempat dan memperkuat pemberdayaan masyarakat dari segi ekonomi serta kesadaran atas arti penting wilayah tempat mereka tinggal.
“Jangan sampai masyarakat dibiarkan berjuang sendirian. Jika perlu program ini direplikasi, diperkuat dalam aturan dan anggaran, bahkan masyarakat juga terus di dukung upaya dan semangatnya dalam melestarikan dan menjaga keutuhan alam di wilayahnya,” imbuhnya.
Executive Direktur ICCTF Tonny Wagey memberikan apresiasi terhadap para mitra yang menjadi pelaksana program COREMAP-CTI, mulai dari Perkumpulan Pemberdaya Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka), Yayasan Reef Check Indonesia, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI), Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB), dan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi).
“Di Yensawai, Raja Ampat, Papua Barat, dan juga di Sumba Timur, NTT, misalnya, kami melihat rehabilitasi kawasan bisa dilakukan oleh masyarakat setempat. Bahkan laki-laki, perempuan, dewasa, remaja dan kaum muda bergerak bersama untuk keselamatan dan kelestarian pulau mereka,” ungkap Tonny.
Selain itu, ia juga telah melihat perubahan perilaku masyarakat yang semula berprofesi sebagai pengebom laut, kini menjadi pembela kelestarian laut seperti yang ditunjukkan warga Mutus, Raja Ampat, Papua Barat
Di Nusa Manuk, NTT, pihaknya menyediakan listrik tenaga surya yang membuat masyarakat setempat bisa menikmati listrik setelah lebih dari 20 tahun hidup tanpa listrik. Dampak lainnya dari adanya listrik ialah memberikan nilai tambah untuk hasil sumber daya perikanan yang dihasilkan masyarakat sekitar.
“Mustahil berbicara kelestarian ekosistem pesisir dan laut kita jika masyarakat setempat tidak sejahtera,” ujarnya.
Bappenas merupakan pelaksana kegiatan COREMAP-CTI yang dilaksanakan melalui satuan kerja ICCTF selaku satu-satunya lembaga nasional dana perwalian untuk perubahan iklim di Indonesia.
Sebagai referensi, diinisiasi pada tahun 1998, Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – Prakarsa Segitiga Karang (COREMAP-CTI) ini merupakan program jangka panjang untuk melestarikan terumbu karang di Indonesia dari praktik penangkapan ikan yang merusak, polusi, dan perubahan iklim. Program ini merupakan fase ke-3 (tiga) dari rangkaian Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang.
Coral Reef Rehabilitation and Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) merupakan salah satu upaya nyata dari Pemerintah Indonesia untuk menjaga kelestarian sumber daya laut dan pesisir sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Program strategis ini menghasilkan model inovasi pembangunan terutama dalam pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara berkelanjutan serta mendukung upaya penanganan dampak perubahan iklim di sektor kelautan dan perikanan.
Indonesia Climate Change Trust Fund percaya bahwa menjaga dan mengelola ekosistem pesisir secara berkelanjutan dapat mengurangi dampak perubahan iklim serta meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir. (ATN)
Discussion about this post