ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pertumbuhan belanja iklan melalui aplikasi di kawasan Asia Pasifik tumbuh dua kali lipat sebesar 104 persen dari USD29,9 miliar pada tahun lalu menjadi USD61,1 miliar pada tahun 2022.
Nilai pertumbuhan itu terungkap dari laporan proyeksi tiga tahunan global terkait Belanja Iklan di Aplikasi yang dirilis perusahaan atribusi mobile AppsFlyer.
Tren kenaikan itu akan didorong oleh pertumbuhan tingkat penginstalan aplikasi, yang diproyeksikan meningkat dari USD204 miliar pada tahun 2019 menjadi USD258 miliar pada tahun 2022.
Laporan State of Mobile 2019 tersebut juga menyebutkan Indonesia, China, India dan sejumlah negara di Afrika mengalami lonjakan pengguna aplikasi yang signifikan sehingga berimbas terhadap angka pembelanjaan konsumen yang mencapai USD120 miliar secara global pada tahun 2019.
Secara global, AppsFlyer memproyeksikan lonjakan belanja iklan di aplikasi yang akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020 dengan nilai yang mencapai USD118 miliar.
Proyeksi tersebut berdasarkan pada model prediktif, yang mengambil sampel data selama periode 2017-2019 dengan cakupan lebih dari 30 miliar instal non-organik, USD48 miliar belanja iklan, dan 72 ribu aplikasi.
Indonesia merupakan pasar yang mengalami pertumbuhan sangat pesat, dengan 106 juta pengguna internet seluler pada tahun 2019 dan diprediksi akan mencapai angka 126 juta pada tahun 2022.
Pada tahun 2019, nilai belanja iklan di aplikasi Indonesia mencapai USD800 juta. Untuk wilayah yang lebih luas, Laporan e-Conomy SEA 2019 menyebut bahwa masyarakat Asia Tenggara adalah pengguna internet mobile tersibuk di dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa pengguna internet seluler di Indonesia, Filipina dan Malaysia merupakan bagian dari 10 besar negara-negara pengguna internet mobile terbesar di dunia. Tren terkini bagi pengguna seluler Indonesia di antaranya adalah pembayaran digital, menonton video dan game, dan lainnya.
“Sebagai pasar dengan prinsip mobile-first, bahkan mobile-only, tidak dapat diragukan bahwa kawasan Asia Pasifik menjadi yang terdepan dalam ekosistem teknologi global,” kata Managing Director & President APAC AppsFlyer Ronen Mense dalam keterangan yang diterima Kamis (20/2/2020).
“Jika China dan India telah lama menjadi pemain ekosistem utama, ekonomi seluler yang berkembang pesat khususnya di Indonesia, akan terus mendorong pertumbuhan eksponensial kawasan ini. Hal inilah menjadikan alasan AppsFlyer untuk membuka kantor di Indonesia,” jelasnya.
Kehadiran negara dengan pasar yang besar seperti China, India, Indonesia, dan Jepang menjadikan Asia Pasifik pemegang porsi terbesar dalam nilai belanja iklan di aplikasi, dengan lebih dari separuh anggaran belanja dunia hingga tahun 2022.
Sebagai perbandingan, pertumbuhan pengguna internet seluler di Amerika Utara hanya akan mencapai angka 5 persen pada tahun 2022, sementara Eropa mewakili lanskap yang lebih beragam dari belanja iklan.
Eropa akan menambah 16 juta pengguna internet pada tahun 2022 (tumbuh 6 persen), sedangkan kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara menambah sekitar 60 juta pengguna seluler atau tumbuh 20 persen, sementara kawasan Sub-Sahara Afrika bisa tumbuh dua kali lebih cepat. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post