ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Timah Tbk Indonesia menggeser posisi Yunnan Tin Co, perusahaan asal China, sebagai produsen timah olahan terbesar di dunia.
Merujuk data International Tin Association (ITA), produksi timah olahan PT Timah Tbk. sepanjang 2019 tumbuh signifikan sebesar 128,7 persen menjadi 76.400 ton dari produksi tahun sebelumnya hanya sebesar 33.400 ton.
Peningkatan tersebut berhasil membuat PT Timah mengungguli Yunnan Tin yang semula menjadi produsen timah olahan terbesar dunia. Pada 2019, Yunnan Tin hanya memproduksi 72.000 timah, turun 7,5 persen dari capaian tahun sebelumnya sebesar 77.800 ton.
“Kenaikan produksi timah olahan oleh PT Timah Tbk karena perusaahan itu telah menggandakan produksi seiring dengan diberlakukannya peraturan ekspor dari Indonesia,” tulis ITA sebagaimana dalam publikasi riset terbarunya, Minggu (16/2/2020).
Aturan ekspor Indonesia tersebut antara lain aturan Competent Person Indonesia (CPI) yang wajib dimiliki setiap smelter sebagai upaya penataan tambang dan kepastian asal-usul bahan baku mineral.
Nantinya, setiap sumber daya dan cadangan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh CP terkait sebelum akhirnya dapat memproses Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). Akibat aturan tersebut, pada tahun lalu banyak smelter swasta dalam negeri terhambat untuk melakukan produksi.
Sementara itu, PT Timah Tbk. menargetkan produksi pada tahun ini naik 5 persen dari realisasi produksi tahun lalu, dengan syarat tren pergerakan harga timah pada tahun ini menunjukkan kenaikan.
Menurut Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar, tahun ini pihaknya akan cenderung wait and see terlebih dahulu untuk memutuskan target produksi timah pada tahun ini, menanti perkembangan tren harga timah pada tahun ini.
“Kami akan targetkan produksi naik sedikit sekitar 5 persen, tetapi akan menunggu bagaimana tren harga pada tahun ini terlebih dahulu. Kami tidak bisa mengontrol harga, tetapi kami bisa maintaince dengan mengatur jumlah yang diproduksi,” jelasnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (14/2/2020), harga timah di bursa London melemah 0,39 persen ke level USD16.525 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga timah telah terkoreksi 2,5 persen.
Dilain pihak secara keseluruhan produksi timah olahan dunia sepanjang 2019 hanya sebesar 334.400 ton, melemah 6,6 persen dibandingkan dengan produksi 2018.
Di China, pada tahun lalu mayoritas smelter memberlakukan pemangkasan produksi, dengan total produksi timah murni China sepanjang 2019 turun hampir 11 persen. Tidak hanya Yunnan Tin, produsen timah asal China lainnya seperti Yunnan Chengfeng dan Guangxi China Tin telah mengurangi output masing-masing hampir 17 persen dan 11 persen.
Sementara itu, produksi timah Amerika Selatan meningkat pada 2019 karena peningkatan pada operasional tambang milik Minsur di Peru dan EM Vinto. Menurut Minsur, kadar tambang yang lebih tinggi dan pemulihan produksi di smelter Pisco Pera telah membuat perusahaan dapat meningkatkan produksi.
Sementara di Eropa, output dari perusahaan timah Metallo stabil meskipun produksi di wilayah tersebut secara keseluruhan meningkat 2 persen. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post