ASIATODAY.ID, JAKARTA – The Korea Trade Investment Promotion Agency (Kotra), Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia, dan Kadin menyelenggarakan ‘Indonesia-Korea Future Industry Business Plaza 2022’ di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (28/9/2022).
Kegiatan tersebut mencakup beberapa acara yakni Forum Kerja Sama Industri Masa Depan antara Indonesia dan Korea, pameran bisnis, dan pertemuan one on one meeting. Lebih dari 300 orang dari Indonesia dan Korea Selatan akan hadir.
Melalui penghapusan atau pengurangan tarif, kedua negara memiliki peluang yang sama untuk menjamin kelancaran rantai pasok barang.
Bagi Korea, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Korea (IK CEPA) menjadi instrumen untuk melakukan diversifikasi rantai pasok dan mengurangi ketergantungan ekspor impor dengan negara-negara kelompok G2 (Amerika Serikat dan China).
Selain itu, IK CEPA diharapkan mampu mendongkrak nilai perdagangan dan investasi bagi kedua negara di tengah ancaman resesi global.
Pasalnya, perjanjian ini menciptakan peluang-peluang baru melalui jaminan rantai pasok, merangsang pertumbuhan industri, dan melahirkan konsep ekonomi berkelanjutan.
Menurut Ekonom Korea Institute for Industrial Economics and Trade (KIET), Shin Yoonsung, pandemi COVID-19, perang dagang Amerika Serikat-China, dan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina memicu resesi ekonomi global.
Gangguan rantai pasok dan kenaikan harga komoditas terutama di sektor energi dan pertanian berdampak kepada tingkat pertumbuhan inflasi di banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Kenaikan inflasi yang tinggi berpotensi memicu pelemahan pertumbuhan ekonomi karena penurunan daya beli dan investasi.
“IK CEPA mampu memitigasi risiko perlambatan ekonomi melalui pertumbuhan ekspor impor dan investasi,” ujar Shin Yoonsung dalam acara Indonesia-Korea Future Industry Business Plaza 2022 (28/9/2022).
“Perjanjian ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam rantai pasok global melalui kekuatan ekspor,” tambah Shin.
Dalam IK CEPA, Korea Selatan mengeliminasi sebanyak 95,5% dari pos tarif yang mewakili 97,3% nilai impor dari Indonesia. Pada saat yang sama, Indonesia juga memangkas 93% pos tarif yang mewakili 97% impor dari Korea Selatan.
Indonesia merupakan salah satu mitra penting bagi Korea Selatan, khususnya di kawasan ASEAN. Nilai perdagangan Korea Selatan dan Indonesia tercatat sebesar USD 15,3 miliar untuk periode Januari hingga Juli 2022. Angka tersebut tumbuh 49,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni USD 10,2 miliar. Pencapaian tersebut membuat Indonesia menjadi negara ASEAN sebagai partner dengan nilai perdagangan terbesar kedua dengan Korea Selatan.
Pada sisi investasi, Indonesia memperoleh manfaat lain dari IK CEPA melalui pertumbuhan industri. Investasi dari Korea Selatan berperan penting untuk mengubah struktur industri di Indonesia dari padat karya menjadi padat teknologi.
Beberapa perusahaan-perusahaan Korea Selatan di beberapa sektor seperti besi baja, petrokimia, kendaraan listrik, dan baterai sekunder telah menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi mewujudkan kebijakan hilirisasi dan nilai tambah di Indonesia.
“Melalui IK CEPA, Korea Selatan berkomitmen untuk memperluas transfer teknologi dan menjalin kerja sama di bidang research and development untuk menciptakan inovasi” tandas Shin. (ATN)
Discussion about this post