ASIATODAY.ID, NAYPYIDAW – Kepolisian Myanmar mengklaim berhasil melakukan penyitaan terbesar narkotika di wilayah Asia Tenggara. Penyitaan ini meliputi lebih dari 200 juta pil metamfetamina, 500 kilogram sabu kristal, dan 300 kg heroin.
Seluruh narkoba itu disita dari sejumlah penggerebekan di negara bagian Shan. Sebanyak 33 orang juga ditangkap dari rangkaian operasi tersebut, yang digelar dalam periode antara Februari dan April.
Selama ini Myanmar diyakini sebagai salah satu sumber metamfetamina terbesar di dunia.
“Para tersangka mengaku hendak menjual narkoba di dalam negeri dan beberapa negara tetangga,” kata Kolonel Zaw Lin dari agensi anti-narkotika Myanmar, melansir BBC, Selasa (19/5/2020).
Dalam beberapa penggerebekan, otoritas Myanmar juga berhasil menyita lebih dari 3.700 liter metilfentanil, sebuah cairan yang digunakan untuk membuat narkotika jenis opioid fentanil.
Fentanil 50 kali lebih kuat dari heroin, dan 100 kali lipat di atas morfin.
Secara rata-rata, berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sebanyak 130 warga Amerika Serikat meninggal akibat overdosis opioid pada setiap harinya.
Sebelumnya, Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Arman Depari menyebut narkotika yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari negara tetangga, termasuk Myanmar dan China. Narkotika jenis sabu menjadi yang paling sering masuk ke Indonesia.
Arman menjelaskan pola distribusi dari kedua negara itu sama. Barang transit di Malaysia sebelum masuk Indonesia.
BNN memprediksi ada seratus jaringan narkoba yang saat ini ‘bermain’ di Indonesia. Sindikat kecil dari negara lain pun ada. (ATN)
Discussion about this post