ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) mendukung rencana Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, untuk menjadikan Zona Demiliterisasi antar-Korea (DMZ) sebagai Situs Warisan Dunia.
Dukungan itu tertuang dalam pernyataan yang dibuat oleh Asisten Direktur Jenderal untuk Prioritas Afrika dan Hubungan Eksternal UNESCO, Firmin Edouard Matoko, melalui pesan khusus daring untuk Forum Global Korea untuk Perdamaian, Rabu (9/9/2020). Forum tersebut diselenggarakan secara tahunan oleh Kementerian Penyatuan Korea Korsel.
“UNESCO berkomitmen untuk mengejar diplomasi warisan sejati dalam pelayanan perdamaian. Organisasi menegaskan kembali dukungannya terhadap gagasan Presiden Moon Jae-in untuk bekerja sama dengan DPRK (Korea Utara) dalam menetapkan kawasan DMZ sebagai situs Warisan Dunia UNESCO,” ujarnya, seperti dikutip dari kantor berita Korsel, Yonhap News Agency, Kamis (10/9/2020).
DPRK adalah akronim dari nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Pada 2018, Matoko memuji usulan zona antar-Korea untuk menjadi warisan budaya tak benda UNESCO. Dia mengatakan bahwa itu adalah “sebuah landmark yang meletakkan dasar untuk lebih membangun kepercayaan dan kerja sama lebih lanjut antara kedua Korea”.
“Kami berjanji untuk terus mendukung dialog antara kedua (negara) Korea dan berharap suatu hari nanti DMZ menjadi simbol perdamaian,” tambahnya.
Pada September tahun lalu dalam pidato inti di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Moon mengusulkan rencana untuk mengubah DMZ menjadi zona perdamaian global.
DMZ saat ini dijaga ketat oleh pasukan Korea Utara dan Korea Selatan. Mereka mengawasi ketat wilayah itu selama 24 jam dan tujuh hari sepekan dengan menggelar patroli rutin.
Kawasan itu terbentang sepanjang 250 kilometer memisahkan Korut dan Korsel.
DMZ berlaku pada 1953 setelah Korea Utara dan Korea Selatan melakukan gencatan senjata dalam peperangan. Di dua lokasi, kawasan DMZ ditetapkan sebagai Area Keamanan Bersama.
Korut memasang pagar yang dialiri listrik dan ladang ranjau untuk mencegah penyusup memasuki DMZ. Sementara Korsel mendirikan pagar antikendaraan lapis baja di sepanjang DMZ.
Kedua belah pihak juga meletakkan sejumlah pengeras suara yang terus menyiarkan propaganda satu sama lain. (ATN)
Discussion about this post