ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kepala Ekonom World Bank, Carmen Reinhart mengaku skeptis dengan Presidensi G20 Indonesia yang dapat menghasilkan resolusi jangka pendek untuk membantu negara-negara mengatasi utang.
World Bank justru mengingatkan adanya potensi bahaya lonjakan utang di banyak negara seiring dengan naiknya suku bunga. Kenaikan ini akan memberikan lebih banyak tekanan kepada peminjam khususnya negara miskin.
“Penundaan itu benar-benar bermasalah,” katanya Rabu, (16/2/2022).
Adapun inisiatif penangguhan layanan utang guna membantu negara-negara dalam menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi saat pandemi akan berakhir pada Desember nanti.
Sejauh ini baru tiga negara Chad, Ethiopia, dan Zambia yang meminta negosiasi untuk restrukturisasi beban utang.
“Negara-negara kecil ini tidak sistemis. Mereka tidak akan membuat atau menghancurkan pandangan global. Jadi sayangnya, itu berarti mereka dapat dengan mudah menyelinap ke wilayah penundaan dan tetap berada di situ,” terangnya.
Meski negara ekonomi negara maju menawarkan toleransi utang untuk membantu negara-negara yang memiliki kemiskinan tinggi dan pendapatan per kapita rendah, hal tersebut diyakini tidak akan berlangsung lama.
“Saya harap mereka melakukannya. Tapi saya tidak optimistis,” imbuhnya.
Dalam Laporan Pembangunan Dunia, pemberi pinjaman global kembali menandai masalah kerentanan utang. Hal ini karena meningkatnya utang sektor swasta selama pandemi serta kurangnya transparansi seputar pinjaman, terutama oleh China.
“Bukan hal-hal yang Anda lihat yang membuat Anda, tetapi itu yang tidak Anda lihat,” tandas Reinhart. (ATN)
Discussion about this post