ASIATODAY.ID, SEMARANG – Provinsi Jawa Tengah menetapkan status tanggap darurat bencana virus corona (covid-19). Status tersebut ditetapkan mulai Jumat, 27 Maret 2020.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menerangkan, penetapan status tanggap bencana corona karena virus tersebut telah menginfeksi banyak warganya. Bahkan, virus tersebut telah menyebabkan kematian, kerugian harta benda, teganggunya pembangunan dan menganggu sosial ekonomi nasional dan daerah.
“Dalam rangka mencegah semakin banyaknya orang terinfeksi covid-19, perlu menetapkan status bencana tanggap darurat bencana Corona Virus Desease di Provinsi Jateng,” ujar Ganjar, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/3/2020).
Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sedang memantau 80 ribu lebih orang yang terlanjur datang dari perantauan. Padahal, pemerintah mengimbau masyarakat tidak mudik ke kampung halaman untuk mencegah penyebaran virus corona (covid-19).
“Kami jemput di setiap terminal,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pihaknya mengecek kesehatan setiap pemudik di terminal-terminal kedatangan. Ganjar sebenarnya ingin orang yang datang langsung ikut uji cepat (rapid test) virus corona (covid-19) karena yakin alat thermal gun tak bekerja optimal.
Karena itu, setiap orang yang datang masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP). Puluhan ribu pemudik yang berstatus ODP itu juga diminta mengisolasi diri (self quarantine) di rumah masing-masing.
Sementara di Surabaya, Jawa Timur, Gugus Tugas Covid-19 tengah melacak 45 ribu lebih warga Jatim. Puluhan ribu orang itu merupakan orang dalam risiko (ODR), lantaran berkontak dengan pasien corona di Jatim.
“Puluhan ribu ODR itu sudah termasuk ratusan peserta pelatihan calon petugas haji di Jatim,” kata Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Penanganan covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso, di Surabaya, Sabtu (28/3/2020).
Pihaknya juga melacak 415 peserta pelatihan calon petugas haji 2020 se-Jatim, di Asrama Haji Surabaya pada 9-18 Maret lalu. Mengingat ada satu peserta positif corona dan meninggal.
“Kami sudah tracking untuk mengetahui perilaku mereka, kami mengingatkan mereka agar mencegah penularan yang lain dengan mengisolasi diri,” jelasnya.
Kepala Kanwil Kemenag Jatim, Ahmad Zayadi, memastikan satu pasien positif covid-19 yang telah meninggal adalah seorang dosen di universitas di Kediri. Korban merupakan salah satu peserta pelatihan calon petugas haji beberapa waktu lalu.
Selain itu, satu pegawai di lingkungan Kemenag Kabupaten Blitar juga masuk dalam daftar pasien dalam pengawasan (PDP) usai mengikuti pelatihan. Dia berada satu rombongan dengan seorang dokter yang PDP. Sepulangnya dari pelatihan, PDP itu mengeluh demam dan sesak napas.
“Kami telah menginstruksikan semua pegawai untuk memeriksakan kesehatannya, dan mengisolasi diri mandiri selama 14 hari di rumah,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post