ASIATODAY.ID, KARAWANG – Kebocoran minyak di anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi North West Java (PHE ONWJ) dikhawatirkan akan berdampak luas. Kekhawatiran itu disuarakan oleh kalangan aktivis lingkungan yang terhimpun dalam Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum (ForkadasC).
Pasalnya, selain kehidupan nelayan, tumpahan minyak itu juga mengancam biota laut, terumbu karang, ekosistem pantai, mangorove, diwilayah itu utamanya daerah Kerawang dan Bekasi.
Menurut Sekretaris ForkadasC, Yuda Febrian Silitonga, ketika oil spill terjadi di lingkungan laut, minyak akan mengalami serangkaian perubahan.
“Perubahannya, baik pelapukan ataupun peluruhan (weathering) atas sifat fisik dan kimiawi,” terangnya, Minggu (28/7/2019).
Dia menjelaskan, tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi dalam dua tipe, minyak yang larut dalam air dan akan mengapung pada permukaan air, dan minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai.
Minyak yang mengapung pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air berwarna hitam dan akan menggangu organisme yang berada pada permukaan perairan. Hal ini tentu akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis, dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut.
“Jika hal demikian terjadi, maka secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis,” jelasnya.
Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun organime intertidal. Organisme intertidal merupakan organisme yang hidupnya berada pada daerah pasang surut.
“Efeknya adalah ketika minyak tersebut sampai ke bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat mengalami kematian,” paparnya.
Sementara pada organisme interstitial yaitu, organisme yang mendiami ruang yang sangat sempit di antara butir-butir pasir tentu akan terkena dampaknya juga, karena minyak-minyak tersebut akan terakumulasi dan terendap pada dasar perairan seperti pasir dan batu-batuan, dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, reproduksi, dan pertumbuhan dan perkembangan hewan yang mendiami daerah tersebut.
Dijelaskan lebih lanjut, komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai.
“Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar,” jelasnya.
Secara umum kata dia, dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut bisa dilihat dari dua aspek.
Pertama, akibat jangka pendek. Pada situasi ini, molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
Kedua, akibat jangka panjang. Pada situasi ini lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisme satu ke organisma lain melalui rantai makanan.
“Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan bahkan manusia. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain,” paparnya.
Untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih besar kata dia, Pertamina bersama Pemerintah harus memastikan tidak ada tumpahan minyak yang masih terapung atau mengendap di lingkungan perairan laut dan memastikan rehabilitasi ekosistem perairan laut yang terdampak.
“Juga tidak boleh ada hal yang ditutupi terkait kejadian tumpahan minyak di Sumur YYA-1, baik buruknya harus disampaikan ke publik agar menjadi evaluasi bersama,” imbuhnya.
Yuda menyebutkan, sumur YYA-1 yang menjadi sumber tumpahan minyak itu, jaraknya sangat dekat dengan dua gugus terumbu karang di perairan Karawang, yakni Gugus Terumbu Ciparage dan Sendulang.
Terumbu Karang Sendulang sendiri memiliki enam gugus terumbu, sementara Terumbu Karang Ciparage memiliki lima gugus terumbu dengan total luas 121,67 hektar.
Jenis terumbu karang yang ada di Wilayah Perairan Karawang termasuk jenis gugusan karang gosong (patch reefs), yang merupakan karang yang tumbuh dari dasar laut sampai ke permukaan laut dalam kurun waktu yang lama.
Selain biota laut dan terumbu karang, dampak lingkungan tumpahan minyak Pertamina ini juga mengancam keberlangsungan hidup habitat spesies burung di pesisir Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Beberapa spesies itu dikategorikan endemik seperti Bangau Bluwok (Mycteria cinerea) yang masuk kategori IUCN 3.1 Endangered, dan juga ditemukannya jejak Kucing Bakau (Prionailurus viverrinus) yang masuk kategori IUCN 3.1 Vulnerable.
Hingga kini, Pertamina bersama berbagai pihak masih terus berupaya mengatasi tumpahan minyak itu dan membatasinya agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. (AT Network).
Discussion about this post