ASIATODAY.ID, WASHINGTON – World Bank mengungkapkan hampir seluruh harga komoditas mengalami penurunan tajam pada 2020 ditengah guncangan ekonomi global pandemi covid-19.
“Hampir semua harga komoditas mengalami penurunan tajam selama tiga bulan terakhir akibat pandemi covid-19 memburuk,” kata Bank Dunia dalam Outlook Pasar Komoditas April, dilansir dari Xinhua, Jumat (24/4/2020).
World Bank mencatat rata-rata bulanan harga minyak mentah telah jatuh 50 persen antara Januari dan Maret.
“Langkah-langkah mitigasi telah secara signifikan mengurangi transportasi, menyebabkan penurunan permintaan minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya, sementara pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah akan semakin mengurangi permintaan komoditas secara keseluruhan,” kata laporan itu.
Harga minyak mentah diperkirakan rata-rata USD35 per barel pada 2020. Angka ini direvisi turun tajam dari perkiraan Oktober dan melemah 43 persen dari rata-rata 2019 sebesar USD61 per barel. Hal ini mencerminkan penurunan permintaan minyak secara historis yang besar.
“Penurunan harga minyak mentah telah diperburuk oleh ketidakpastian seputar perjanjian produksi antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak lainnya,” kata laporan itu.
Harga-harga di sektor energi secara keseluruhan, yang juga mencakup gas alam dan batu bara, diperkirakan rata-rata 40 persen lebih rendah pada 2020, tetapi berpotensi rebound yang cukup besar pada 2021, menurut laporan itu.
Laporan itu juga menunjukkan bahwa harga logam diproyeksikan menurun lebih dari 13 persen pada 2020 sebelum pulih pada 2021, sementara harga pangan diperkirakan akan stabil secara luas.
“Dampak ekonomi dari pandemi ini akan mengurangi permintaan dan menyebabkan gangguan pasokan, secara negatif memengaruhi negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada komoditas,” kata Wakil Presiden Kelompok Bank Dunia untuk Pertumbuhan yang Berkeadilan, Keuangan dan Lembaga Ceyla Pazarbasioglu dalam pernyataannya.
“Pembuat kebijakan dapat mengambil keuntungan dari harga minyak yang lebih rendah dengan melakukan reformasi subsidi energi untuk membantu pengeluaran gratis akibat keperluan terkait pandemi yang mendesak,” katanya.
Dia menambahkan reformasi ini perlu dilengkapi dengan jaring pengaman sosial yang lebih kuat untuk melindungi segmen masyarakat yang paling rentan.
“Para pembuat kebijakan harus menahan keinginan untuk memaksakan pembatasan perdagangan dan tindakan-tindakan yang membahayakan keamanan pangan, karena orang miskin akan terkena dampak paling berat,” tambah pejabat Bank Dunia itu. (ATN)
Discussion about this post