ASIATODAY.ID, BEIJING – China berada dalam kekuatan powerfull untuk menghadapi tekanan negara manapun termasuk Amerika Serikat.
Tahun ini, anggaran pertahanan China naik 6,6 persen dari tahun lalu, di tengah ketegangan yang meningkat dengan Amerika Serikat (AS) khususnya di Laut China Selatan.
Dengan kenaikan itu, anggaran pertahanan China menjadi 1,268 triliun yuan atau setara USD178,16 miliar), diawasi dengan ketat sebagai barometer seberapa agresif mereka akan meningkatkan kekuatan militernya.
Namun ekonomi China menyusut 6,8 persen pada kuartal pertama 2020 dibanding periode sama 2019 karena wabah coronavirus yang menyebar dari pusat Kota Wuhan, tempat virus itu muncul akhir tahun lalu.
China menghilangkan target pertumbuhan ekonomi 2020 untuk pertama kalinya dan menjanjikan dukungan pemerintah untuk ekonomi dalam laporan kerja Perdana Menteri Li Keqiang pada pertemuan tahunan parlemen.
“Kami akan memperdalam reformasi dalam pertahanan nasional dan militer, meningkatkan kapasitas dukungan logistik dan peralatan kami, dan mempromosikan pengembangan inovatif ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan pertahanan,” katanya.
“Kami akan memperbaiki sistem mobilisasi pertahanan nasional dan memastikan persatuan antara militer dan pemerintah dan antara militer dan rakyat tetap solid,” tambahnya melansir Reuters.
Meski ada wabah virus corona, angkatan bersenjata China dan AS tetap aktif di Laut China Selatan yang disengketakan dan sekitar Taiwan yang diklaim China.
Alasan kenaikan anggaran militer karena China membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi tantangan yang tidak stabil di dalam dan luar negeri.
Tetapi, daftar alasan teratas adalah konfrontasi yang berkembang dengan AS.
Titik terendah AS-China
Melansir South China Morning Post, hubungan China-AS telah mencapai titik terendah di tengah perang dagang, pertengkaran atas kebebasan sipil dan Taiwan, serta konflik atas klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan.
Ada pula perselisihan soal asal-usul pandemi Covid-19 antara Beijing dan Washington.
Dari sudut pandang Beijing, ancaman militer muncul di ambang pintu saat pesawat pembom AS melakukan sekitar 40 penerbangan di atas wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan dan China Timur sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut naik tiga kali lipat lebih dari jumlah penerbangan pada periode yang sama tahun lalu.
Jepang Waspada
Dilansir dari Reuters, juru bicara pemerintah Jepang mendesak China untuk terbuka tentang dana yang dihabiskannya untuk militer dan tujuan keamanannya dengan kenaikan anggaran ini.
“China terus mengumumkan peningkatan pengeluaran pertahanan yang besar dan kami mendesaknya untuk transparan tentang pengeluaran itu, kekuatan militernya dan kebijakan pertahanan nasional,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga.
Di sisi lain, militer China belakangan ini kerap makin aktif di kawasan Pasifik, terutama di Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Aksi tersebut kerap berbuntut konflik dengan sejumlah negara tetangga. Mulai dari Vietnam, Filipina, Malaysia hingga Jepang. (ATN)
Discussion about this post