ASIATODAY.ID, JAKARTA – Asosiasi Roll Former (ARFI) mencatat utilitas industri hilir baja di Indonesia anjlok hingga level 50 persen. Kondisi ini terjadi akibat rendahnya permintaan pasar.
Menurut Sekretaris Jenderal ARFI, Nicola Kesuma, pandemi Covid-19 membuat hampir seluruh konstruksi di pasar industri, residensial, dan infrastruktur terhenti.
Sementara permintaan pasar medis meningkat tajam, namun peningkatan tersebut tidak dapat menutup penurunan permintaan pasar lain.
“Pasar medis sangat terbatas. Dampak pandemi ini sangat ekstrim. Utilitas industri rata-rata kurang dari 50 persen. Beberapa pabrikan bahkan turun ke level 25 persen bahkan menghentikan produksi,” jelas Nicola dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/6/2020).
Nicola mengungkapkan, saat ini konsumen tidak mengalokasikan pendapatannya ke bidang perumahan. Disisi lain, pabrikan dan proyek-proyek pemerintah menghentikan proses kontruksi karena implementasi protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kendati demikian, permintaan pada pasar medis meningkat lebih dari dua kali lipat.
Hal tersebut disebabkan oleh pembangunan rumah sakit khusus COvid-19 yang mengharuskan penggunaan dinding medis dari baja lapis, berupa sandwich panel yang telah dilapisi lapisan anti bakteri atau lapisan food grade.
“Dindingnya tidak bisa pakai batu bata biasa, sehingga tidak bisa sembarangan membelinya,” imbuhnya.
Nicola memandang, voluma impor barang jadi maupun bahan baku berkurang. Saat ini kebanyakan pabrikan baja hilir mulai menggunakan baja laspir lokal karena tersendatnya logistik baja lapis impor. (ATN)
Discussion about this post