ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyerukan kepada para pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk memberikan lebih banyak stimulus fiskal guna mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Hal itu mendesak dilakukan mengingat kondisi ekonomi global saat saat ini sedang dalam tekanan perangkap likuiditas.
“Untuk pertama kalinya, 60 persen ekonomi global -termasuk 97 persen negara maju- bank sentral telah mendorong suku bunga kebijakan di bawah satu persen,” tulis Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam sebuah artikel op-ed di Financial Times, seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (4/11/2020).
Menurut Gopinath, bank sentral memiliki sedikit ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut jika terjadi kejutan lain. kondisi itu telah mengarah pada kesimpulan bahwa dunia berada dalam perangkap likuiditas global dengan kebijakan moneter memiliki efek terbatas.
“Kita harus menyetujui kebijakan yang tepat untuk keluar,” kata Gopinath dengan mencatat kebijakan fiskal harus memainkan peran utama dalam pemulihan ekonomi.
Gopinath menyarankan agar otoritas fiskal dapat secara aktif mendukung permintaan melalui transfer tunai untuk mendukung konsumsi dan investasi skala besar dalam aspek fasilitas medis, infrastruktur digital, dan perlindungan lingkungan.
“Pengeluaran ini menciptakan lapangan kerja, merangsang investasi swasta, dan meletakkan dasar bagi pemulihan yang lebih kuat dan lebih hijau. Kebijakan moneter telah dan akan tetap menjadi inti dari upaya ini, tetapi dengan dunia dalam perangkap likuiditas global, saatnya dorongan fiskal tersinkronisasi secara global untuk mengangkat prospek bagi semua,” paparnya.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Dunia yang dirilis bulan lalu, IMF merevisi perkiraan ekonomi global pada 2020 menjadi minus 4,4 persen. Meskipun ada revisi naik, IMF mengatakan kenaikan dari krisis ini kemungkinan besar akan terjadi dalam jangka panjang, tidak merata, dan sangat tidak pasti.
Sementara itu, bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) memberikan sinyal untuk melakukan lebih banyak pembelian obligasi, menerapkan biaya rendah untuk bank, hingga berpeluang mengubah tingkat suku bunga acuan. Upaya itu bisa dilakukan ECB guna mengantisipasi dampak buruk gelombang kedua Covid-19.
ECB mengaku akan mempertimbangkan untuk menerapkan lebih banyak stimulus moneter pada Desember 2020. Pengumuman itu menyusul keputusan di Prancis dan Jerman untuk memberlakukan penguncian nasional -tindakan signifikan yang menyebabkan kontraksi besar di ekonomi pada awal tahun ini dan mengancam tekanan ekonomi lebih lanjut. (ATN)
Discussion about this post