ASIATODAY.ID, JAKARTA – Inggris menegaskan komitmennya sebagai negara yang memimpin gerakan global dalam mempercepat transisi energi fosil ke energi hijau.
Mulai 1 Oktober 2024, Inggris tidak akan lagi menggunakan batubara sebagai sumber energi listriknya. Langkah ini satu tahun lebih cepat dari rencana awal.
Pengumuman itu disampaikan oleh Menteri Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Anne-Marie Trevelyan, pada Rabu (30/6/2021).
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen ambisius Pemerintah Inggris untuk melakukan transisi dari bahan bakar fosil dan dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan dalam rangka menghapus peran serta Inggris terhadap perubahan iklim pada 2050.
Pengumuman ini menegaskan niatan yang disampaikan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tahun lalu untuk mempercepat tenggat waktu mengakhiri penggunaan batubara dalam sistem produksi listrik.
Ini juga berarti bahwa Pemerintah Inggris mempercepat batas waktu penghapusan batubara dari sistem energi Inggris satu tahun lebih cepat. Tekad ini menegaskan kepemimpinan Inggris untuk bergerak lebih jauh dan lebih cepat dalam menurunkan emisi serta memimpin dengan memberikan keteladanan dalam mengatasi perubahan iklim jelang perannya menjadi tuan rumah COP26 di Glasgow pada November mendatang.
Inggris mengajak negara-negara di dunia untuk turut mempercepat penghapusan batubara dari sistem ketenagalistrikan.
Pemerintah Inggris akan mengeluarkan undang-undang baru berkenaan dengan hal ini sesegera mungkin. Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang tergolong karbon intensif dan berdampak pada polusi udara. Dengan tidak lagi menggunakan batubara dalam sistem ketenagalistrikannya, Inggris dapat memastikan hal tersebut akan memainkan peran penting dalam menjaga kenaikan temperatur global ke 1,5 derajat – target utama dalam presidensi COP26-nya.
Inggris telah membuat capaian besar dalam mengurangi penggunaan batubara pada sektor ketenagalistrikan, dengan batubara hanya mengisi 1,8 persen dari total bauran pembangkitan listrik Inggris pada 2020, dibandingkan dengan 40 persen pada satu dekade lalu.
Pengumuman ini disampaikan sebelum Menteri Anne-Marie Trevelyan berbicara dalam Konferensi Powering Past Coal Alliance (PPCA) wilayah Eropa pekan ini mengenai pentingnya negara-negara secara kolektif meninggalkan pembiayaan batubara dan bagaimana perusahaan dapat menjalankan komitmen tersebut, sebagai bagian dari London Climate Action Week.
Pemerintah Inggris telah mengakhiri dukungannya terhadap sektor energi berbahan bakar fosil di luar negeri sejak awal tahun ini.
“Batubara memungkinkan terjadinya revolusi industri dua ratus tahun lalu, namun sekarang adalah saatnya untuk melakukan aksi yang cepat guna menghapuskan bahan bakar kotor ini secara menyeluruh dari sistem energi kita,” kata Anne-Marie Trevelyan dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Inggris di Jakarta yang dikutip Sabtu (3/7/2021).
“Hari ini kami mengirimkan sinyal yang jelas kepada dunia bahwa Inggris sedang memimpin jalan menjadikan batubara sebagai bagian dari buku sejarah dan bahwa kami serius mengenai dekarbonisasi sistem ketenagalistrikan kami sehingga kami dapat mencapai target iklim yang ambisius,” sambungnya.
“Nol emisi masa depan Inggris akan didukung oleh energi terbarukan, dan teknologi inilah yang akan menggerakkan revolusi industri hijau dan menciptakan lapangan kerja baru di Inggris,” jelas Anne-Marie Trevelyan.
Inggris berhasil memproduksi listrik tanpa batubara selama 5.000 jam pada 2020 (setara dengan sekitar 7 bulan), dan pada awal tahun ini mencetak rekor baru dalam pembangkit listrik tenaga angin, dengan lebih dari sepertiga energinya berasal dari angin. Kenaikan penggunaan sumber energi terbarukan tentu tidak terlepas dari kompetisi, usaha bebas dan insentif pemerintah dalam memulai teknologi baru ini yang kemudian membantu menurunkan harga energi hijau, dan batubara sekarang menjadi lebih mahal di kebanyakan negara.
Sebagai salah satu negara pertama yang berkomitmen mengakhiri penggunakan batubara ditambah dengan kesuksesannya dalam mengembangkan energi terbarukan secara signifikan, Inggris memimpin dunia meninggalkan bahan bakar fosil dan dengan sangat baik melakukan dekarbonisasi dalam sistem energinya.
Melalui presidensi COP26-nya, Pemerintah Inggris mengajak negara-negara di dunia mengikuti langkah Inggris dan meninggalkan batubara selamanya.
Pada bulan Mei lalu, di bawah kepemimpinan Inggris, Menteri-Menteri Iklim dan Lingkungan negara G7 setuju untuk mengakhiri semua pembiayaan baru pada sektor batubara pada akhir 2021 dan mempercepat transisi dari batubara menuju sistem ketenagalistrikan yang terdekarbonisasi pada 2030-an.
“Dekade berikutknya menentukan keberlangsungan planet kita, dan cara yang paling ampuh untuk menciptakan perbedaan adalah dengan mengakhiri ketergantungan kita terhadap batubara,” kata COP26 President-Designate, Alok Sharma.
“Menjelang COP26, saya berharap Iangkah mantap Inggris menuju masa depan yang lebih bersih dan hijau, mengirimkan sinyal yang jelas kepada negara sahabat di seluruh dunia bahwa listrik bersih adalah jalan masa depan,” lanjutnya.
“Dampak dari langkah ini akan menjadi jauh lebih besar jika kami bisa menggandeng seluruh dunia bersama kami, demikian pula dengan semangat kami mendukung transisi energi yang bersih dan adil menjadi inti pembicaraan saya menuju COP26,” sebut Alok Sharma.
Prioritas utama Inggris dalam Presidensi COP26 adalah untuk mempercepat transisi global dari batubara menuju energi bersih. Pemerintah Inggris meminta pemerintah negara-negara sahabat menentukan batas waktu meninggalkan batubara dan mengakhiri investasi batubara di luar negeri.
Selain itu, Pemerintah Inggris juga telah membentuk Dewan Transisi Energi (Energy Transition Council) untuk merangkul negara sahabat demi memastikan bahwa listrik bersih merupakan pilihan yang paling menarik untuk negara-negara berkembang dan juga untuk mendukung transisi yang berkeadilan.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins mengatakan sebagai berikut:
“Berkaca pada pengalaman Inggris yang menggunakan batubara sebanyak 40 persen dalam sektor ketenagalistrikan pada 2012, dan kemudian 0 persen pada 2024, menunjukkan bahwa transisi yang cepat sangat mungkin untuk dilakukan – dan hal ini perlu dilakukan secara bersama-sama di seluruh dunia untuk menyelamatkan planet kita.
Inggris menemukan bahwa angin adalah pengganti sumber energinya – Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar meliputi surya, angin, panas bumi, dan masih banyak lagi.
Pengumuman target ambisius Pemerintah Indonesia untuk mengakhiri era batubara dan rencana untuk menerapkan insentif terhadap energi terbarukan dan pajak karbon merupakan langkah besar yang akan menguntungkan seluruh rakyat Indonesia. Ini merupakan bagian dari gerakan global meninggalkan batubara– total kapasitas batubara yang dibatalkan sejak 2017 mencapai 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dibangun.
Inggris merasa bangga dapat mendukung tekad Indonesia dalam transisi menuju energi rendah karbon masa depan yang berkelanjutan melalui program Mentari – Kerjasama Inggris dan Indonesia pada sektor energi rendah karbon. Mentari berfokus pada peningkatan peraturan yang kondusif bagi pengembangan energi terbarukan, memobilisasi investasi ke dalam proyek energi terbarukan, membuktikan konsep proyek energi terbarukan jarak jauh, dan membagikan keahlian serta berkolaborasi dengan berbagai kelompok kepentingan.
“Secara bersama-sama kita akan menciptakan masa depan di mana kita menjaga planet ini, dan memiliki listrik murah yang berlimpah untuk semua orang,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post