ASIATODAY.ID, SINGAPURA – Satu dari tiga orang di Asia Tenggara pernah mengalami penipuan online di tengah maraknya aktivitas online seperti e-commerce dan kerja jarak jauh yang dipicu oleh pandemi Covid19 pada tahun 2020, kata sebuah laporan baru yang disusun oleh ADVANCE.AI, sebuah perusahaan AI dan data besar terkemuka di Asia.
ADVANCE.AI lebih lanjut mengidentifikasi penipuan online dan risiko utang yang lebih tinggi sebagai dua risiko perusahaan kritis teratas yang dihadapi bisnis di pasar negara berkembang di Asia Tenggara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam dan Singapura.
Diprediksi menjadi ekonomi terbesar keempat pada tahun 2030, Asia Tenggara adalah salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, tetapi pertumbuhannya yang cepat menjadikannya sasaran empuk untuk penipuan dan penipuan online.
Pada 2019, Asia Tenggara kehilangan US$ 260 juta akibat penipuan digital. Laporan tersebut menemukan 71 persen penipuan online berasal dari pencurian identitas, 66 persen dari aktivitas phishing dan 63 persen dari penipuan akun.
Tiga jenis kejahatan penipuan teratas ini sebagian besar disebabkan oleh ketidakefisienan dalam verifikasi identitas, kurangnya kesadaran tentang kredit dan kepercayaan digital serta biaya tinggi dan inkonsistensi yang terkait dengan penerapan anti-penipuan.
Poin-poin lain dari laporan teknologi anti-penipuan berbasis AI meliputi:
Aktivitas penipuan online yang harus diwaspadai
Perspektif AI tentang manajemen risiko penipuan
Cara memanfaatkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan kemampuan anti-penipuan
Bernardi Susastyo, Chief Commercial Officer ADVANCE.AI, mengatakan COVID19 telah mengubah cara orang-orang di Asia Tenggara hidup, bekerja, dan menjalankan bisnis mereka.
“Penjahat penipu juga telah menyesuaikan taktik mereka untuk mengeksploitasi perubahan tersebut dan proses serta alat yang biasa digunakan untuk mengelola penipuan mungkin tidak cukup,” kata dia melalui keterangan tertulisnya, Rabu (27/1/2021).
“Bisnis perlu menilai kesiapan mereka untuk mengelola risiko penipuan online dan memanfaatkan kekuatan big data, teknologi AI, dan teknologi penilaian risiko canggih lainnya untuk membantu mereka melindungi aset mereka dengan lebih baik dan pada saat yang sama mendorong inklusi keuangan ekonomi yang lebih besar,” imbuhnya. (AT Network)
Discussion about this post