ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) kini memasuki usia satu abad (100 tahun). Pada momentum ini, NU menggaungkan kebangkitan dunia baru.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, perayaan satu abad NU mengusung tema besar ‘Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru’.
“Pilihan tema tersebut didasarkan pada sebuah hadits Rasulullah SAW mengenai adanya pembaharu di setiap 100 tahun. Allah SWT setiap 100 tahun membangkitkan di kalangan umat ini pembaharu,” kata Gus Yahya, sapaan akrabnya saat Konferensi Pers Kick Off Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (20/6/2022).
Gus Yahya mengungkapkan bahwa hari ulang tahun NU resmi ditetapkan berdasarkan kalender Hijriah, yakni 16 Rajab. Hal ini sesuai dengan keputusan Muktamar Ke-32 NU di Makassar Tahun 2010.
“NU dibentuk pada 16 Rajab 1344 H. Sekarang ini Dzulqa’dah 1443 H. Kurang dari 2 bulan kita masuk 1444 H,” katanya.
“Insyaallah hari lahir NU 16 Rajab 1444 H akan jatuh pada awal Februari 2023 mendatang,” lanjut Gus Yahya.
Ketua Pelaksana (Organizing Committee) Peringatan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama, Hj Zannuba Arifah Chafshoh atau Yenny Wahid menjelaskan bahwa harlah NU kali ini akan menggelar 9 rangkaian kegiatan.
Pertama, Religion 20 atau R20. Kegiatan ini merupakan forum dialog pemimpin agama sedunia. Kegiatan ini untuk menyatukan pandangan berkaitan dengan isu strategis oleh tokoh agama yang mewakili agama dunia dan punya peran strategis di dunia.
“Forum di mana para pemuka agama di seluruh dunia akan membahas perdamaian dunia yang menyangkut agama,” kata Yenny.
Kedua, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban. Kegiatan ini merupakan konferensi internasional yang menghadirkan para pemikir dan fuqaha, pemuka agama Islam dunia untuk merumuskan berbagai masalah dengan sudut pandang fiqih. Hal ini tentu harus berdasarkan teks-teks dan dihubungkan dengan konteks terkini.
“Kita kembali ke teks agama dan membawanya ke konteks kekinian dan memberikan jawaban permasalahan,” ujarnya.
Ketiga, Festival Tradisi Islam Nusantara. Yenny mengungkapkan bahwa tradisi Islam begitu beragam di wilayah Nusantara. Hal ini perlu ditampilkan dalam berbagai pertunjukan dengan melibatkan masyarakat di akar rumput.
“Ekspresi keagamaan mengakar pada tradisi lokal. Ini salah satu kekayaan budaya Nusantara yang berdasarkan kepada ajaran agama,” jelasnya.
Keempat, gerakan kemandirian NU, meliputi inovasi di bidang ekonomi dan juga meliputi upaya untuk mengatasi persoalan besar, salah satunya lingkungan hidup.
Kelima, NU Tech. NU dalam menghadapi abad kedua ini, harus disiapkan untuk menggunakan platform yang sejalan dengan dunia. Banyak anak muda NU berkecimpung di dunia teknologi yang diharapkan harus berkontribusi besar dalam pengembangan hal itu di NU.
“Kita akan masuk ke banyak wilayah, melibatkan kampus,” jelasnya.
Keenam, Pekan Olahraga NU, sebuah ajang mewadahi sporitivitas di kalangan Nahdlatul Ulama dengan melibatkan masyarakat luas yang ingin berpartisipasi.
“Diharapkan bisa meningkatkan rasa sportivitas demi menguatkan persatuan masyarakat,” imbuhnya.
Yenny menyebut banyak bibit atlet yang berasal dari kalangan NU. Terlebih capaian bidang olahraga merupakan indikator negara maju. Hal ini mengingat negara tersebut sudah beranjak dari persoalan mendasar ke aktualisasi diri.
“Indonesia pada saat ini berprestasi. Ini ajang solidaritas bersama. Apapun semua yang terjadi di masyarakat maka nilai semangat keolahragaan berdasarkan sportivitas sangat penting,” ujarnya.
Ketujuh, Anugerah Tokoh An-Nahdlah. Program ini merupakan penghargaan tokoh inspiratif. Banyak tokoh NU yang bergerak senyap, tapi berdampak luar biasa dalam menjaga suasana kebatinan masyarakat.
Kedelapan, NU Women. Program ini merupakan satgas perempuan yang difungsikan untuk mendampingi masyarakat dalam mendampingi isu besar dan strategis.
Ada tiga fokus, yakni (1) perdagangan orang (human trafficking), (2) perlindungan perempuan dan anak, dan (3) perubahan iklim dan lingkungan hidup.
“Perempuan yang terlibat bisa mendampingi masyarakat menghadapi tantangan yang ada,” katanya.
Kesembilan, resepsi puncak harlah NU yang akan dilaksanakan di Jakarta pada tahun mendatang. Menurutnya, ini merupakan peristiwa besar-besaran secara fisik NU dari seluruh dunia. Ada capaian dalam kuantitatif yang tinggi, seperti pembacaan 1 miliar shalawat.
“Ini untuk nenguatkan kebatinan, mengingatkan kita akan hubungan dengan mahakuasa sehingga kita bisa tetap menyatukan energi kita,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post