ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dan negara-negara Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) berpeluang membangun kerja sama di tiga sektor strategis.
Kawasan agroindustri, energi dan industri pariwisata dinilai memiliki prospek besar. Namun perkembangannya terhambat oleh kurangnya informasi yang komprehensif tentang peluang bisnis.
Hal tersebut disampaikan oleh para peserta business breakfast EAEU-Indonesia yang diselenggarakan sebagai bagian dari Eurasian Economic Forum kedua.
“Kita perlu menjaga kerja sama dengan Rusia, dengan Belarusia. Bagi kedua negara ini, Indonesia merupakan importir kalium yang penting. Ini adalah produk yang sangat penting untuk pengembangan pertanian kita. Kami memiliki permintaan yang besar untuk produk ini. Kita perlu memperkuat ikatan ke arah ini dan bekerja sama lebih jauh di bidang pertanian, di bidang pasokan pupuk,” kata Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Jose Antonio Morato Tavares, dikutip Sabtu (27/5/2023).
“Kita dapat mengembangkan kerja sama yang baik antara Indonesia dan Rusia dalam hal bisnis. Sekarang kami membutuhkan pupuk dalam jumlah yang sangat besar, karena kami menghasilkan produk pertanian dalam jumlah besar. Kami membutuhkan pupuk kalium,” Musdalifah Mahmud, Wakil Menteri Kompleks Pangan dan Agroindustri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
“Interaksi antara kota Manado dan Rusia dimungkinkan di bidang perdagangan, pariwisata, dan infrastruktur, termasuk industri, pertanian, dan pendidikan. Wilayah kita juga memiliki potensi besar untuk mengembangkan pertanian. Kami memproduksi minyak kelapa mentah, kami juga memproduksi bahan baku dari sabut dan tempurung kelapa. Kami memiliki pabrik untuk produksi kelapa sawit, berbagai fasilitas produksi untuk penangkapan ikan, serta untuk produksi rempah-rempah, termasuk yang eksotis,” ungkap Andrey Angou, Bupati wilayah Manado provinsi Sulawesi Utara Republik Indonesia Indonesia.
“Bisnis kami tertarik menjalin hubungan dengan pengusaha Indonesia, termasuk menggunakan perkembangan yang ada di Indonesia, materialnya. Ini hanyalah salah satu tugas untuk membentuk model [kerja sama ekonomi] yang lengkap antara pelaku bisnis Rusia dan Indonesia,” Alexei Fursin, Kepala Departemen Kewirausahaan dan Pengembangan Inovatif Kota Moskow.
Masalah
Kurangnya informasi tentang peluang perdagangan timbal balik menghambat pengembangan proyek kerja sama bisnis.
“Mungkin masalah yang paling penting adalah mengatasi kurangnya informasi yang ada di antara pihak kita mengenai ekonomi dan peluang perdagangan timbal balik. Sekarang ada kekurangan informasi tentang produsen dari Rusia yang ingin menjual gabah dengan harga yang menarik kepada konsumen di Indonesia,” Alexander Popov, Ketua Komisi Kerjasama Ekonomi Asing dengan Mitra di Indonesia, dari Moskow Kamar Dagang dan Industri.
“Kesenjangan informasi, kurangnya informasi adalah masalah yang sangat penting dan kompleks. Kami memiliki potensi, tetapi seringkali kami tidak memiliki informasi tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan mitra kami. Sangat banyak, bahkan dari negara-negara yang telah lama bekerja sama dengan Rusia, dengan mitra kami dari Kazakhstan, Kyrgyzstan, tidak selalu memiliki informasi lengkap, ”Sergey Mikhnevich, Sekretaris Eksekutif Dewan Bisnis EAEU, Managing Direktur Kerjasama Internasional RSPP.
Kerja sama Kongkrit
Pelaku bisnis dari negara-negara EAEU dan Indonesia perlu membuat proyek di bidang energi dan daur ulang plastik
“Kami tertarik menjalin kerja sama dengan Rusia di bidang energi. Kita berbicara tentang energi terbarukan, tetapi dalam beberapa dekade mendatang kita masih membutuhkan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, Saya menyarankan agar Jakarta membeli minyak Rusia. Kita perlu bekerja dengan Rusia, bernegosiasi dengan harga yang dapat diterima bersama, yang dapat kita sepakati,” kata Jose Antonio Morato Tavares.
“Kami tidak hanya mendaur ulang plastik, tetapi kami juga dapat membuat sesuatu yang berguna darinya— diesel, misalnya. Dalam pengembangan bidang ini, kami juga melihat platform kerja sama antara Rusia dan Indonesia,” jelas Alexander Popov, Ketua Komisi Kerjasama Ekonomi Luar Negeri dengan Mitra di Indonesia dari Kamar Dagang dan Industri Moskow.
Industri Pariwisata akan memberikan dorongan untuk pengembangan kerjasama
“Turis dari Indonesia lebih banyak. Pada kuartal pertama tahun 2023, jumlah pelancong yang datang dari kawasan Asia-Pasifik meningkat lebih dari dua kali lipat. Musim panas ini kami telah merencanakan misi bisnis ke Jakarta. Pariwisata bisnis adalah fokus yang harus kita fokuskan sekarang,” kata Wakil Ketua Komite Pariwisata Kota Moskow Alina Arutyunova.
“Segera, sebagai bagian dari salah satu misi 18 pengusaha Moskow akan melakukan perjalanan ke Indonesia untuk mempresentasikan proyek mereka, mencari kerja sama dan membuat kesepakatan,” Alexei Fursin, Kepala Departemen Kewirausahaan dan Pengembangan Inovatif Kota Moskow.
“Kami melihat bahwa pariwisata pasarnya besar. Kami ingin memperluas. Perlu ada penerbangan langsung dari negara lain ke pulau-pulau tersebut agar bisa memanfaatkan destinasi wisata dan peluang bisnis di daerah lain, ” kata Direktur Badan Pelaksana Administrasi Labuan Bajo – Flores Shana Fatina.
“Tahun lalu kami mendirikan House of Indonesia di Ethnomir [museum taman etnografi dekat desa Petrovo, distrik Borovsky, wilayah Kaluga]. Kami mendapatkan semua persetujuan, kami akan segera mulai membangun. Kami sedang menunggu mitra bisnis masa depan kami. Kami ingin memastikan bahwa tidak hanya negara, tetapi juga bisnis swasta menghasilkan uang di sana,” kata Ruslan Bayramov, Presiden Yayasan Publik Amal Internasional. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post