ASIATODAY.ID, KENDARI – Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara bersama warga berhasil menyelamatkan seekor Hiu Paus yang terdampar di Teluk Kendari, Sabtu (2/1/2021).
Hiu Paus berukuran panjang sekitar 3,4 meter itu terdampar di Daerah Aliran Sungai yang bermuara ke teluk.
“Hiu Paus itu sudah kita selamatkan,” terang Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sulawesi Tenggara La Ode Kaida saat dihubungi, Sabtu (2/1/2021).
Satwa laut dilindungi itu pertama kali terlihat oleh warga di Sungai Wanggu, di Teluk Kendari.
Warga sempat berusaha menggiring ikan berukuran besar itu ke laut, namun gagal karena air sungai sedang surut dan berlumpur.
Petugas BKSDA yang mendapat laporan warga kemudian mengevakuasi hiu paus tersebut agar kembali ke habitatnya di laut dalam.
Sebagai referensi, Hiu Paus tergolong kedalam kelas Pisces. Ikan terbesar di laut ini memiliki ukuran hingga 40 kaki dan berat mencapai 20,6 ton.
Hiu Paus merupakan spesies yang tergolong dalam subkelas Elasmobranchii. Di Indonesia, Hiu Paus lebih dikenal dengan nama Hiu Tutul, karena punggungnya memiliki pola warna bertotol-totol. Seperti organisme lain yang juga tergolong kedalam kelompok elasmobranchii, yakni pari dan manta, Hiu Paus merupakan jenis ikan yang memiliki kerangka tubuh tersusun atas tulang rawan (cartilaginous fish).
Berbeda dengan spesies Hiu yang lain, Hiu Paus memiliki preferensi menu makanan yang unik. Pasalnya, ikan ini lebih gemar makan plankton, ikan kecil, dan udang-udangan dibandingkan ikan-ikan besar.
Meskipun Hiu Paus memiliki 3.000 gigi yang sangat kecil, namun jarang digunakan karena ikan ini bersifat filter feeding. Artinya, Hiu Paus akan memasukkan air beserta segala partikel yang tersuspensi didalamnya secara masif kemudian difilter melalui struktur penyaring dalam insangnya. Setiap jam nya, Hiu Paus mampu menyaring air hingga 1.500 galon.
Populasi Hiu Paus tersebar di seluruh laut tropis dan sub tropis, yaitu di Samudera Atlantik, Pasifik, dan Hindia. Hiu Paus mampu bermigrasi hingga ribuan kilometer melintasi samudera. Pada musim semi, sebagian besar populasi Hiu Paus cenderung akan bermigrasi ke paparan benua bagian barat Australia.
Di wilayah ini dapat ditemukan tempat jumlah plankton yang melimpah, yakni tepatnya di Ningaloo Reef. Di perairan Indonesia, Hiu Paus kerap ditemukan muncul di beberapa wilayah dekat pantai atau muara, seperti Teluk Cenderawasih, Derawan, dan Spermonde. Kemunculan Hiu Paus di berbagai wilayah yang bukan merupakan habitat aslinya dipengaruhi oleh faktor ekologi perairan tersebut.
Secara ekologis, Hiu Paus hidup di zona pelagik, yaitu di perairan atau kolom perairan. Keberadaan Hiu Paus erat dengan kelimpahan pakan di wilayah perairan tertentu. Apabila Hiu Paus ditemukan didekat wilayah pantai atau muara sungai, diduga disebabkan wilayah tersebut memiliki kelimpahan plankton dan ikan-ikan kecil yang tinggi. Oleh karena itu, wilayah tersebut dapat dianggap sebagai feeding ground bagi Hiu Paus di waktu-waktu tertentu.
Apabila diamati perilaku dan pergerakan Hiu Paus, ikan ini cenderung menyendiri (soliter). Gerakannya yang lamban, yakni sekitar 5 km/jam, menjadikan Hiu Paus sebagai daya tarik wisata bahari. Di beberapa wilayah yang kerap ditemukan Hiu Paus, banyak penyelam atau turis yang memanfaatkan Hiu Paus sebagai ‘kawan’ berenang karena ikan ini bersifat jinak dan menarik.
Saat ini, Hiu Paus dinyatakan sebagai Endangered Species (terancam punah) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak tahun 2016. Di perairan Atlantik, populasi Hiu Paus berkurang sebesar 30 persen dari jumlah sebelumnya.
Bahkan, di wilayah perairan Indo-Pasifik, diketahui bahwa terjadi penurunan populasi Hiu Paus hingga 60 persen. Di wilayah perairan Asia, yakni seperti contohnya di Filipina, Hiu Paus banyak diburu untuk diambil daging, minyak, atau siripnya. Di Teluk Cenderawasih, Papua Barat, Hiu Paus kerap tertangkap oleh jaring nelayan (bycatch). (ATN)
Discussion about this post