ASIATODAY.ID, JAKARTA – Berdasarkan laporan Indeks Iklim Risiko terbaru, dari 100 kota yang masuk daftar kota paling rentan bahaya lingkungan, 99 kota berada di Asia dan Lima, Peru, jadi satu-satunya kota non-Asia. Sementara itu, empat perlima dari 99 kota berada di India dan China.
India menjadi rumah bagi 13 kota paling rentan atau berisiko. Delhi merupakan salah satu kota paling mengkhawatirkan. Di India, polusi udara jadi salah satu ancaman buat lingkungan.
Secara global, polusi udara mengakibatkan sebanyak 7 juta kematian dini dan sebanyak 1 juta di antaranya di India saja. Dari 20 kota dengan kualitas udara terburuk di India, Delhi berada di posisi terdepan.
Sementara DKI Jakarta menduduki peringkat teratas daftar kota paling rentan bahaya lingkungan di dunia. Selain berisiko tenggelam, Jakarta terancam gangguan polusi, banjir dan gelombang panas yang kemungkinan akan datang lebih buruk.
Penilaian atau indeks iklim ini ditentukan berdasarkan ancaman kejadian ekstrem, kerentanan manusia dan kemampuan negara untuk beradaptasi.
Laporan ini juga mengevaluasi ancaman terhadap kelayakan hidup, potensi investasi, aset real estate dan kapasitas operasional.
Menurut Will Nichols, penulis utama laporan tersebut, rumah bagi setengah populasi penduduk dunia dan pendorong utama kekayaan berada di bawah tekanan serius. Tekanan ini berkaitan dengan ancaman terhadap lingkungan, seperti kualitas udara yang buruk, kelangkaan air dan bencana alam.
“Di banyak negara Asia, pusat-pusat kota ini akan menjadi kurang ramah karena tekanan populasi meningkat dan perubahan iklim memperkuat ancaman dari polusi dan cuaca ekstrem, mengancam peran mereka sebagai penghasil kekayaan bagi ekonomi nasional,” kata Nichols seperti dikutip dari AFP.
Kendati lebih kaya dari India, China juga menghadapi tantangan lingkungan yang berat. Dari 50 kota yang dilanda pencemaran air paling parah, sebanyak 35 kota di antaranya berada di China.
Namun, Nichols menilai sistem politik dan tingkat perkembangan yang berbeda bisa menguntungkan China.
Struktur tata kelola top-down yang diterapkan China juga kemauan untuk mengambil tindakan spontan misal menutup pabrik untuk memenuhi tujuan emisi akan memberikan banyak kesempatan untuk mengurangi ancaman bahaya terhadap lingkungan.
“Untuk China, kelas menengah yang muncul semakin menuntut udara dan air yang lebih bersih, yang tercermin dalam target pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, pemanasan global dan dampaknya, fokus bergeser tajam ke sub-Sahara Afrika. Laporan menyebutkan dua kota terpadat di Afrika yakni Lagos dan Kinshasa, termasuk kota yang berisiko tinggi. (ATN)
Discussion about this post