ASIATODAY.ID, INCHEON – Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB), mengusulkan agar pemberian utang untuk penanganan iklim dirancang ulang.
Presiden ADB, Masatsugu Asakawa menawarkan tiga area yang dapat dipertimbangkan oleh anggota agar ADB mampu berevolusi di tengah tantangan perubahan iklim.
Menurutnya, model pinjaman dan hibah tradisional yang dijalankan saat ini tidak akan cukup untuk melakukan pembiayaan.
Oleh karena itu, bank pembangunan multilateral perlu berbuat lebih banyak untuk memaksimalkan kapasitas pembiayaan melalui mekanisme baru yang mengubah permainan, memanfaatkan potensi investasi yang sangat besar dari sektor swasta dan filantropi, serta mempertahankan posisinya sebagai lembaga keuangan yang stabil dan andal.
Asakawa mengungkapkan, peristiwa iklim menyebabkan kehancuran dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya. Di sisi lain, utang dan krisis lainnya membatasi kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Pada gilirannya, jutaan orang berisiko jatuh kembali ke dalam kemiskinan dan kehilangan peluang pertumbuhan ekonomi.
“Kita menghadapi tantangan besar. Skala dan urgensi tantangan ini tidak dapat dipenuhi dengan ‘business as usual’,” paparnya dalam pidato sesi pembukaan Pertemuan Tahunan Ke-56 ADB di Incheon, Korea Selatan, Rabu (3/5/2023).
Tiga area yang ia tawarkan di antaranya;
Pertama, ADB perlu menyadari bahwa pembangunan tidak mungkin lagi dilakukan tanpa aksi iklim yang efektif. Ekonomi hijau dan tangguh menawarkan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan yang kuat dan langgeng. Menurutnya, segala upaya perlu dilakukan untuk membantu transisi ekonomi dengan cepat dan adil, menuju masa depan nol bersih. Upaya itu juga harus memastikan bahwa orang-orang, termasuk perempuan dan komunitasnya, dapat beradaptasi dengan perubahan iklim.
Kedua, ADB perlu menjadi pemimpin dalam berinvestasi pada barang publik (public good) global. Asakawa mengatakan pandemi menunjukkan kepada dunia bagaimana krisis kesehatan masyarakat membutuhkan respons yang terkoordinasi, serta akses bagi kelompok miskin dan rentan.
“Kita harus membangun ketahanan lintas batas, dan kita harus siap memberikan dukungan yang cepat dan efektif untuk menghadapi krisis pada masa depan.”
Ketiga, ADB harus menjadi pemain kunci dalam upaya memobilisasi tingkat pembiayaan yang sekarang dibutuhkan untuk pembangunan, dari miliaran menjadi triliunan dolar. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post