• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Aksi Iklim Indonesia Jadi Referensi Dunia

Presiden COP26 Alok Sharma Sebut Indonesia Negara Super Power Perubahan Iklim

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
March 24, 2021
in Sains & Lingkungan
2 min read
0
Aksi Iklim Indonesia Jadi Referensi Dunia

Menteri KLHK, Siti Nurbaya saat menggelar Pertemuan virtual terkait penyelenggaraan UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) di Inggris, pada November 2021 mendatang. Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
60 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Langkah Indonesia dalam menangani perubahan iklim diapresiasi oleh dunia internasional, bahkan menjadi salah satu referensi di dunia.

Alok Sharma, President Designate untuk the 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) menyatakan Indonesia merupakan negara super power di bidang penanggulangan perubahan iklim global.

Alok mengungkapkan hal itu saat mengadakan pertemuan virtual dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, Siti Nurbaya pada Selasa (23/3/2021).

RelatedPosts

Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim

Diplomasi Anies Baswedan Jadi Rujukan PBB dalam Aksi Iklim Global

Indonesia Lebih Mampu Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan Dibanding AS, UE dan Australia

Indonesia Komitmen Lestarikan 6 Situs UNESCO Global Geopark

Indonesia Berambisi Tekan Emisi Karbon Hingga 314 Juta Ton di 2030

Pertemuan ini merupakan salah satu upaya pemerintah Inggris sebagai tuan rumah COP26 untuk merangkul negara-negara sevisi dalam rangka menyukseskan konferensi yang akan berlangsung pada 1-12 November 2021 mendatang.

“Kolaborasi dengan Indonesia merupakan salah satu elemen terpenting keberhasilan Inggris sebagai tuan rumah COP-26 mengingat Indonesia adalah negara super power di bidang perubahan iklim,” kata Alok, dikutip dari siaran pers KLHK, Rabu (24/3/2021).

Alok mengungkapkan, Inggris sangat berharap bahwa kolaborasi dengan Indonesia dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Kolaborasi itu dilakukan melalui inisiatif kepemimpinan Bersama dalam kerangka dialog terkait dengan Forestry, Agriculture and Commodity Trade (FACT) yang saat ini ditangani oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebagai tindak lanjut, nantinya akan dilaksanakan pembahasan-pembahasan yang bersifat lebih teknis.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengapresiasi kerja sama yang telah lama terjalin antara Inggris dan Indonesia selama ini, antara lain dalam pengembangan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dalam kerangka Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT). Indonesia juga mengapresiasi tawaran Inggris melalui program Investment in Nature and Forests (INAFOR) dalam kerangka nature-based solutions untuk mendukung dan menjaga kesuksesan Indonesia dalam menurunkan emisi dari deforestasi dan lahan gambut.

“Hingga saat ini Indonesia telah menyerahkan beberapa dokumen ke United Nations Framework on Climate Change Conference (UNFCCC) yang disusun dari serangkaian pertemuan nasional yang melibatkan kementerian dan lembaga terkait serta aktor non pemerintah pusat (non-state actors),” jelas Menteri Siti.

Ia menerangkan, Indonesia telah melahirkan submisi 8 dokumen mulai dari yang terkait dengan adaptasi hingga pembiayaan solusi berbasis alam. Selajutnya Indonesia berharap akan dapat melakukan submisi Nationally Determined Contribution (NDC) yang kedua dan Long Term Strategy (LTS) pada April 2021.

Dalam NDC yang kedua kata Siti, Indonesia tetap mempertahankan target awal yang telah ambisius sebagaimana tercantum dalam NDC pertama, yaitu pengurangan emisi 29 persen dengan upaya sendiri dan dapat meningkat hingga 41 persen dengan dukungan internasional, dibandingkan dengan skenario Business As Usual (BAU) pada 2030.

“Namun demikian, dengan dukungan internasional, kami memiliki skenario yang lebih ambisius melalui Low Carbon Compatible with Paris Agreement (LCCP)”, lanjut Menteri Siti.

Pada 2030 mendatang, Indonesia diharapkan dapat mendekati kondisi sebagai penyerap karbon netto di sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan (FOLU).

“Kami juga berencana untuk mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap hingga 60 persen pada tahun 2050 serta akan bergerak maju menuju kondisi tanpa emisi netto pada tahun 2070”, tegas Menteri Siti.

Terkait NDC terbaru, informasi tentang Visi Pemerintah dan Pembangunan Jangka Panjang Nasional Indonesia akan menjabarkan dan merinci strategi implementasi tentang adaptasi serta peningkatan transparansi. NDC terbaru juga menambah subjek baru dan penguatan komitmen dengan memasukkan laut, lahan basah (mangrove dan lahan gambut) serta Kawasan permukiman manusia (dalam skenario adaptasi).

Lebih lanjut, Siti menerangkan Indonesia akan melakukan rehabilitasi dan penanaman mangrove seluas 600 ribu hektar selama 2021-2024. Sedangkan di bidang energi, Indonesia berencana untuk menerapkan teknologi Carbon Captured Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS), menerapkan energi terbarukan dan bioenergi.

“Jadi, dukungan internasional termasuk dari sektor swasta atau bisnis, akan memainkan peran penting untuk pencapaian skenario ambisius kita, khususnya di bidang energi,” pungkasnya. (AT Network)

Tags: Climate ChangeEmisi KarbonGlobal WarmingPerubahan IklimSustainable Development GoalsUN Climate Change Conference of the PartiesUnited Nations Framework Convention on Climate Change
Previous Post

AS Tuduh China Kerahkan Milisi Maritim di LCS untuk Intimidasi Negara lain

Next Post

Indonesia Kapalkan 18 Ton Ikan Tuna Beku ke AS dari Manado

Related Posts

Relasi AS-China Mencair, Joe Biden dan Xi Jinping Mulai Dialog
Sains & Lingkungan

Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim

April 18, 2021
Vaksinasi Covid-19 di Jakarta Jadi Referensi C40 Cities-WHO
Sains & Lingkungan

Diplomasi Anies Baswedan Jadi Rujukan PBB dalam Aksi Iklim Global

April 17, 2021
INFID Desak Pemerintah Indonesia Berperan Aktif Mengatasi Pemanasan Global
Sains & Lingkungan

Indonesia Lebih Mampu Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan Dibanding AS, UE dan Australia

April 17, 2021
Tekan Emisi Karbon, Indonesia Terima Rp800 Miliar
Sains & Lingkungan

Indonesia Berambisi Tekan Emisi Karbon Hingga 314 Juta Ton di 2030

April 16, 2021
Selandia Baru Sukses Memutus Penyebaran Covid-19
Sains & Lingkungan

Selandia Baru, Negara Pertama di Dunia yang Terapkan UU Perubahan Iklim

April 14, 2021
China Hasilkan Emisi Karbon Dioksida Sebanyak 319 Juta Ton pada 2019
Sains & Lingkungan

AS Dorong China Pimpin Aksi Iklim Global

April 14, 2021
Next Post
Komisi Perikanan Regional Apresiasi Basis Data Produksi Ikan Tuna Indonesia

Indonesia Kapalkan 18 Ton Ikan Tuna Beku ke AS dari Manado

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim
  • Denmark Buka Kunjungan Wisatawan Global Mulai Bulan Depan
  • Panglima Militer Myanmar Siap Hadiri KTT ASEAN di Jakarta
  • Indonesia Berambisi Jadi Lumbung Pangan Dunia
  • Diplomasi Anies Baswedan Jadi Rujukan PBB dalam Aksi Iklim Global
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.