ASIATODAY.ID, JAKARTA – Penduduk Hong Kong ramai-ramai memperbarui atau mengajukan permohonan paspor British National (Overseas). Selain karena terus merebaknya aksi protes anti-pemerintah, alasan keamanan menjadi faktor utama.
Melansir South China Morning Post (SCMP), tercatat sudah 154.218 paspor BNO telah diterbitkan selama tahun 2019. Jumlah ini meningkat delapan kali lipat dari tahun sebelumnya, mengutip data pemerintah Inggris.
“Otoritas juga mencatat 32.813 pembaruan pada akhir Juni tahun ini, jumlah tertinggi kedua sejak 2006,” tulis SCMP yang disitat Bloomberg, Minggu (27/9/2020).
Dokumen identitas tersebut merupakan produk akhir dari era kolonial Inggris, dibuat untuk mengakui penduduk Hong Kong yang saat itu sebagai warga negara Inggris di luar negeri, meskipun hanya memberi pemegang paspor hak untuk mengunjungi negara tersebut selama enam bulan.
Namun pada bulan Juli, pemerintah Inggris meningkatkan status pemegang paspor BNO untuk menawarkan mereka jalan menuju kewarganegaraan Inggris sebagai respon atas penerapan Undang-undang Keamanan Nasional yang kontroversial oleh pemerintah China.
Kerusuhan politik tahun lalu dan pemberlakuan undang-undang keamanan tahun ini telah mendorong banyak penduduk Hong Kong merencanakan keluar dari wilayah bekas koloni Inggris itu untuk mencari stabilitas dan kebebasan yang lebih besar.
Inggris sendiri telah menjadi tujuan yang semakin menarik dengan pelonggaran kebijakan imigrasi terhadap pemegang BNO.
Realtors di London sudah melihat lonjakan minat dari Hong Kong, dengan permintaan naik hampir 80 persen tahun ini untuk beberapa agensi.
Diperkirakan ada 350.000 pemegang paspor BNO di Hong Kong, dan sekitar 2,5 juta yang memenuhi syarat. (ATN)
Discussion about this post