ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia terus meningkatkan kesiagaan untuk mengamankan teritorial dari ancaman konflik di Laut China Selatan (LCS).
Koarmada I TNI AL telah menyiagakan 4 kapal perang Indonesia (KRI) di Natuna, Kepulauan Riau. Kapal-kapal berjenis Fregat dan Korvet, kapal antikapal selam tersebut akan melakukan patroli rutin di perairan Laut Natuna Utara.
“Saat ini kami telah menyiagakan 4 KRI di Natuna. Kapal-kapal ini akan intens menggelar patroli rutin, karena Laut Natuna Utara itu wilayah kita,” kata Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Koarmada I TNI AL, Letkol Laut Fajar Tri Rohadi, Jumat (19/6/2020).
Dikatakan, armada kapal tersebut jumlahnya sudah bertambah sebab jika dibandingkan dengan kegiatan rutin, biasanya hanya 2 atau kapal yang dikerahkan untuk berpatroli.
Di dalam setiap kapal tersebut juga disiagakan 100 personel TNI AL dan juga pasukan TNI lainnya yang terintegrasi.
“Dalam satu KRI rata-rata ada 100 prajurit. Jadi kalau ditotal ada 400 prajurit,” terangnya.
Ditegaskan, langkah ini dilakukan demi melindungi kedaulatan dan kepentingan NKRI di wilayah tersebut. Terlebih, peningkatan kesiagaan di wilayah Laut Natuna Utara itu sudah menjadi hal yang pasti dan sudah dilaksanakan sejak lama.
“TNI AL dalam hal ini Koarmada I terus menyiagakan KRI di Natuna dan antisipasi meluasnya eskalasi konflik di Laut China Selatan,” jelasnya.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR Sukamta menyerukan agar pemerintah memastikan keamanan wilayah Indonesia saat meningkatnya eskalasi di Laut China Selatan (LCS). Beberapa pekan terakhir, eskalasi meningkat akibat saling reaksi antara militer China dan Amerika Serikat (AS).
Peningkatan eskalasi di Laut China Selatan dinilai perlu menjadi perhatian serius. Sebab, wilayah Indonesia memiliki perbatasan langsung dengan Laut China Selatan.
“Beberapa kali terjadi insiden kapal nelayan dengan kawalan cost guard China masuk ke Laut Natuna Utara yang masuk wilayah Indonesia,” terangnya, Jumat (12/6/2020).
Menurutnya, kedaulatan wilayah Indonesia harus jadi prioritas paling utama untuk diamankan.
Panglima TNI perlu mengerahkan kapal perang dan pesawat pengintai di Laut Natuna Utara guna mengantisipasi terulangnya pelanggaran oleh kapal asing.
Sukamta memandang, reaksi yang kuat dari pemerintah akan menjadi sinyal bagi China dan negara manapun untuk tidak mencoba masuk wilayah Indonesia.
Namun dia menyarankan agar Indonesia tidak perlu masuk ke dalam arena konflik antara China dan AS karena politik luar negara Indonesia yang bebas aktif.
“Selain itu, Indonesia punya hubungan diplomatik yang baik dengan kedua negara,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post