ASIATODAY.ID, BANDUNG – Mobil listrik lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil berbahan bakar fosil. Namun, tempat pengisian listrik (charger) yang belum merata menjadi permasalahan.
Isu inilah yang mengemuka dalam diskusi Gerakan Milenial Airlangga Hartarto Golkar (GEMA Golkar) dengan tema ‘Masa Depan Mobil Listrik di Indonesia’ di Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/8/2019).
Diskusi dimoderatori pengamat energi Satya Hangga Yudha Widya Putra (Hangga), B.A. (Hons), MSc dengan narasumber Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika dan dua mahasiswa, yaitu Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Padjajaran Adhi Viari Nugraha dan Ketua Divisi Mobil Listrik 2018 Politeknik Negeri Bandung Amirul Siddiq Mirza.
Dalam pembukaan diskusi, Hangga mengajukan pertanyaan kepada narasumber tentang seluk beluk mobil listrik. Para narasumber menyebutkan bahwa mobil listrik akan lebih ramah lingkungan.
“Mobil listrik juga lebih hemat energi dibanding mobil berbahan bakar fosil,” ungkap Amirul yang merupakan mahasiswa jurusan Teknik Mesin.
Hangga kemudian menyinggung tentang kesiapan industri Indonesia untuk menunjang mobil listrik. Untuk hal ini Direktur Putu menjawab dengan mantap.
“Kementerian Perindustrian mengusahakan adanya industri pembuatan baterai mobil listrik di Indonesia. Bahan baku baterai mobil listrik didominasi oleh nikel dan Indonesia salah satu penghasil nikel terbesar di dunia,” tegas Putu.
Mengenai fasilitas pengisian baterai juga moderator tanyakan kepada Direktur Putu, terutama untuk peran swasta karena masih sedikit sekali tempat pengisian baterai.
“Saat ini untuk motor listrik sudah ada fasilitas penggantian baterai di minimarket. Masalah utama kendaraan listrik memang dalam hal pengisian,” tambah Putu.
Para narasumber menyampaikan optimismenya akan pengembangan mobil listrik di Indonesia. Apalagi pengembangan mobil listrik di Indonesia harus sesuai dengan peraturan tentang Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
“Ini merupakan kesempatan bagi SDM Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa membuat mobil listrik. Apalagi TKDN mobil listrik cukup tinggi,” tutup Adhi.
Berbicara tentang Hangga yang menjadi moderator dikenal sebagai politisi muda yang mendalami bidang energi dan lingkungan hidup terutama energi baru terbarukan.
“Kita tidak bisa fokus pada lingkungan hidup saja, tanpa mempelajari energi,” jelasnya.
Hangga menuturkan, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dalam memproduksi energi listrik.
“(Sebanyak) 87 persen penghasilan listrik Indonesia dihasilkan dari bahan bakar fosil, yaitu batu bara, minyak, dan gas,” katanya.
Selain itu, Hangga juga menyampaikan pentingnya beralih ke transportasi yang digerakkan oleh energi listrik. Hal ini berguna untuk menggantikan alat transportasi yang selama ini masih menggunakan bahan bakar fosil.
,’;\;\’\’
Discussion about this post