ASIATODAY.ID, BALI – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen meluncurkan Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGII) di KTT G20 di Bali.
Pada 15 November, Indonesia, Amerika Serikat, dan Uni Eropa menjadi tuan rumah bersama acara Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (Partnership for Global Infrastructure and Investment, atau disingkat PGII) yang diadakan di sela-sela KTT G20.
Ketiga pemimpin negara menegaskan kembali komitmen bersama untuk memperkuat kemitraan global untuk investasi berstandar tinggi di sektor infrastruktur yang berkelanjutan, transparan, dan berkualitas, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sejalan dengan tema G20 untuk 2022, “Recover Together, Recover Stronger,” acara ini menggarisbawahi bagaimana negara-negara G20 berinvestasi bersama dan berinvestasi lebih kuat untuk menghadapi berbagai tantangan kritis yang dihadapi dunia saat ini.
Infrastruktur berkualitas sangat penting untuk hasil pembangunan negara, rantai pasokan global, keamanan ekonomi dan nasional, serta kesehatan dan kesejahteraan bumi dan manusia di seluruh dunia. Itulah sebabnya pada KTT Pemimpin G7 bulan Juni di Jerman, para pemimpin meluncurkan PGII dan mengumumkan itikad untuk memobilisasi US$600 miliar untuk investasi infrastruktur global selambat-lambatnya tahun 2027.
Acara sela tersebut menunjukkan pentingnya kemitraan dalam mewujudkan infrastruktur berkualitas di antara anggota G20. Para tuan rumah dan peserta—termasuk Argentina, Kanada, Prancis, Jerman, India, Jepang, Korea Selatan, Senegal, dan Inggris—mengumumkan proyek baru dan bentuk kolaborasi baru dalam investasi di sector-sektor utama seperti iklim dan transisi energi, konektivitas digital, kesehatan dan keamanan kesehatan, pendidikan dan kesetaraan gender, serta transportasi.
Presiden Republik Indonesia Jokowi mengatakan Indonesia bangga membantu memobilisasi tujuan global yang melakukan perubahan guna mengkatalisasi 600 miliar dolar dalam investasi infrastruktur paling lambat tahun 2027.
“Sebagai pemangku Presidensi G20, dan Ketua ASEAN tahun depan, Indonesia akan memastikan negara-negara berkembang mendapat manfaat dari prakarsa global transformasional ini, dengan bekerja sama dengan para mitra, termasuk mitra-mitra di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik, untuk menyampaikan visi Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global untuk berinvestasi dalam infrastruktur untuk masa depan, dan mewujudkan visi Presidensi G20 Indonesia untuk “Recover Together, Recover Strong,” kata Jokowi dikutip dari siaran kedubes AS, Kamis (17/11/2022).
Di acara tersebut, juga diluncurkan terobosan baru Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership, atau JETP) dengan Presiden Indonesia Joko Widodo, yang dipimpin bersama oleh Amerika Serikat dan Jepang atas nama G7 dan Kelompok Mitra Internasional (International Partnership Group, atau IPG), termasuk Kanada, Denmark, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, dan Inggris.
Kemitraan jangka panjang ini akan mempercepat transisi sektor listrik yang adil di Indonesia, konsisten dengan proyeksi pencapaian batas pemanasan global 1,5 derajat celcius, didukung pendanaan sebesar US$20 miliar dari publik dan swasta.
“Untuk mempercepat transisi energi bersih di seluruh nusantara, Indonesia juga mendapat manfaat dari Kemitraan Transisi Energi yang Adil yang didukung oleh Kelompok Mitra Internasional, yang merupakan investasi utama senilai US$20 miliar,” lanjut Jokowi.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global mempertemukan mitra—dari pemerintah, sektor swasta, dan lainnya—untuk memberikan hasil nyata bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
“Hari ini, para pemimpin G20 menggarisbawahi pentingnya berinvestasi bersama dan berinvestasi lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar akan infrastruktur yang lebih baik di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia, dan kami menyambut semua orang yang memiliki visi yang sama untuk bergabung dalam upaya kami,” kata Biden.
Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Kemitraan Global untuk Infrastruktur dan Investasi merupakan prakarsa geostrategis penting di era persaingan strategis.
“Bersama dengan negara-negara demokrasi terkemuka, kami menawarkan kemitraan infrastruktur yang didorong oleh nilai-nilai, berstandar tinggi, dan transparan untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kemitraan Transisi Energi yang Adil yang diluncurkan bersama Indonesia merupakan contoh kritis,” tandasnya.
Terobosan Target Iklim
Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership, atau JETP) yang dikembangkan dengan Indonesia akan memperkuat transisi sektor tenaga listrik Indonesia yang ambisius dan adil, mendukung target yang konsisten dengan proyeksi pencapaian batas pemanasan global 1,5 derajat celcius.
Dengan dukungan dari mitra internasional, Indonesia akan bekerja untuk mengembangkan rencana investasi yang komprehensif guna mencapai target dan kebijakan baru yang signifikan dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca serta mendukung masyarakat yang terkena dampak, dengan:
- Mencapai puncak emisi total di sektor tenaga listrik pada 2030, menggeser proyeksi puncak emisinya ke depan
- Membatasi emisi sektor kelistrikan sebesar 290 megaton CO2 pada 2030, atau turun dari nilai dasar semula sebesar 357 MT CO2
- Menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan pada tahun 2050, memajukan target emisi nol bersih sektor ketenagalistrikan Indonesia dalam sepuluh tahun
- Mempercepat penyebaran energi terbarukan sehingga pembangkit energi terbarukan mencakup setidaknya 34 persen dari semua pembangkit listrik pada 2030, yang diperkirakan akan menggandakan total penyebaran energi terbarukan selama dekade ini dibandingkan dengan rencana pada saat ini.
Untuk mencapai target-target ini, kemitraan jangka panjang ini berencana untuk memobilisasi dana sebesar US$20 miliar di awal dalam bentuk pembiayaan publik dan swasta selama periode tiga sampai lima tahun kedepan dengan campuran hibah, pinjaman lunak, pinjaman dengan suku bunga pasar, pinjaman dengan jaminan, dan investasi swasta.
Kontribusi untuk JETP mencakup US$10 miliar dalam bentuk komitmen sektor publik, dan komitmen untuk bekerja memobilisasi dan memfasilitasi investasi swasta senilai US$10 miliar dolar dari serangkaian awal lembaga keuangan swasta yang dikoordinasikan oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), termasuk Bank of Amerika, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, dan Standard Chartered. Kemitraan ini juga akan mengoptimalkan keahlian, sumber daya, dan operasi bank pembangunan multilateral.
Kemitraan yang sukses diharapkan dapat membantu menggeser tanggal target puncak sektor ketenagalistrikan Indonesia ke depan sekitar tujuh tahun dan menghasilkan pengurangan emisi kumulatif lebih dari 300 MT emisi gas rumah kaca hingga 2030 dan sebuah pengurangan yang jauh di atas 2 GT hingga 2060 yang merupakan proyeksi Indonesia saat ini.
Selama enam bulan ke depan, para pihak yang terlibat akan bekerja sama untuk mengembangkan rencana konkret investasi, pembiayaan, dan bantuan teknis demi mendukung target ambisius ini. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post