ASIATODAY.ID, MANILA – Amerika Serikat (AS) mendukung langkah Filipina dalam perselisihan baru dengan Beijing di Laut China Selatan (LCS) yang disengketakan, di mana Manila telah meminta ratusan kapal penangkap ikan China untuk meninggalkan terumbu karang.
China mengabaikan seruan itu, bersikeras bahwa mereka memiliki wilayah lepas pantai tersebut.
Kedutaan Besar AS untuk Filipina pada Selasa (23/3/2021) menyatakan bahwa Washington berbagi keprihatinan dengan Manila dan menuduh China menggunakan “milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan”.
“Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia,” kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNA, Rabu (24/3/2021).
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada Minggu (21 Maret) menuntut sekitar 200 kapal China, yang dia sebut sebagai kapal milisi maritim, meninggalkan Whitsun Reef, wilayah karang dangkal sekitar 324 km Barat Kota Bataraza di Provinsi Palawan, Filipina Barat.
Pejabat Filipina mengatakan, terumbu karang, yang mereka sebut Julian Felipe, berada dalam zona ekonomi eksklusif yang diakui secara internasional di negara mereka, di mana Filipina “menikmati hak eksklusif untuk mengeksploitasi atau melestarikan sumber daya apa pun”.
Penjaga Pantai Filipina melihat sekitar 220 kapal nelayan China berlabuh di terumbu karang, yang juga diklaim oleh Beijing dan Vietnam, pada 7 Maret lalu.
Pada Senin (22/3/2021), sebuah pesawat pengintai melihat 183 kapal nelayan China masih berada di terumbu karang. Demikian dikatakan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana.
Dia merilis foto udara yang menunjukkan kapal-kapal nelayan China di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di jalur perairan strategis itu.
Filipina telah mengajukan protes diplomatik atas kehadiran ratusan kapal nelayan China, menurut Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin Jr.
China bersikeras memiliki terumbu karang, yang mereka sebut Niue Jiao, dan mengatakan kapal nelayan mereka berkumpul di daerah itu untuk menghindari cuaca buruk.
Beijing membantah kapal-kapal itu adalah milisi maritim. “Setiap spekulasi semacam itu tidak membantu apa-apa selain menyebabkan gangguan yang tidak perlu,” kata Kedutaan Besar China untuk Filifina dalam pernyataan Senin.
China berharap, situasi tersebut bisa ditangani secara obyektif dan rasional.
Kedutaan Besar AS, bagaimanapun, mengatakan: “Kapal China telah berlabuh di daerah tersebut selama berbulan-bulan dengan jumlah yang terus meningkat, terlepas dari cuaca yang buruk”. (ATN)
Discussion about this post