ASIATODAY.ID, JAKARTA – Para Menteri Luar Negeri (Menlu) yang tergabung dalam Perkumpulan Bangsa-Banga Asia Tenggara (ASEAN) menggelar pertemuan Retreat Menlu ASEAN untuk membahas upaya kolektif dalam pemulihan kawasan.
Pertemuan yang membahas lima agenda ini, merupakan pertemuan para Menlu ASEAN pertama yang dilakukan di bawah kepemimpinan Kamboja.
Dalam pertemuan retreat kali ini, para menlu membahas lima agenda. Antara lain pembahasan tindak lanjut konferensi tingkat tinggi (KTT) 38-39 ASEAN, isu terkait hubungan dengan negara lain (external relations), prioritas kepemimpinan Kamboja, isu kawasan dan internasional, serta isu lainnya.
Agenda pertama adalah pembahasan tindak lanjut KTT 38-39 ASEAN. Terkait pembahasan ini, Indonesia menyampaikan dua hal utama.
Pertama, penguatan arsitektur kesehatan kawasan.
“Di sini saya garis bawahi pentingnya mengimplementasikan penuh berbagai mekanisme arsitektur kesehatan regional yang sudah terbentuk dalam dua tahun terakhir, untuk partisipasi pandemi mendatang. Di antaranya adalah pembentukan cover infanteri untuk alat kesehatan, mekanisme distribusinya, serta sistem peringatan dini di kawasan,” kata Menlu RI, Retno Marsudi, Kamis (17/2/2022).
Ia juga menyampaikan bahwa penguatan arsitektur kesehatan kawasan akan menjadi building block yang sangat penting bagi penguatan arsitektur kesehatan global. Ini menjadi salah satu prioritas presidensi G20 Indonesia.
Kedua, Retno menekankan pentingnya percepatan pemulihan ekonomi kawasan. Di antaranya implementasi ASEAN Travel Corridor Arragement (ATCAF) yang dinilai lambat.
Untuk itu, Indonesia mendorong percepatan implementasi ATCAF melalui kesepakatan bilateral maupun pembukaan menyeluruh perbatasan dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Di dalam pembicaraan ini, semua menlu ASEAN sepakat mengenai pentingnya implementasi ATCAF,” tutur Retno.
Pada pembukaan pertemuan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN Lim Jock Hoi menyampaikan briefing.
Sekjen mendorong semua negara ASEAN untuk mengimplementasikan semua kesepakatan terkait penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi. Tujuannya agar kawasan ASEAN dapat segera pulih.
Retno menyampaikan, para menlu membahas inisiatif Covid-19 Solidarity Response Fund yang saat ini sudah mencapai US$ 30 juta dari 22 negara, penyaluran vaksin untuk negara-negara ASEAN diperkirakan dapat disampaikan paling lambat kuartal II-2022.
Selain itu, para menlu juga membahas operasionalisasi ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework untuk memberi fasilitas pergerakan dan aktivitas yang aman.
Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) mulai berlaku pada 1 Januari 2022 juga diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi di kawasan.
Pada agenda kedua, Sekjen juga menyampaikan penjelasan berbagai inisiatif negara anggota ASEAN dalam menanggapi keadaan darurat kemanusiaan sebagai akibat bencana alam di kawasan.
Sekjen mengusulkan ASEAN dapat mereplikasi model Desa Palu di Indonesia pada tahap pemulihan untuk masyarakat lokal pascabencana.
Terkait relasi ASEAN dengan mitra internasional, Indonesia menekankan beberapa isu utama.
Pertama, selaku country coordinator kemitraan ASEAN-Amerika Serikat (AS), Indonesia menyampaikan persiapan rencana ASEAN-US Special Summit.
Baik ASEAN maupun AS saat ini masih terus berkomunikasi untuk menentukan jadwal pertemuan yang cocok.
Indonesia akan melanjutkan komunikasi dengan AS guna membahas program dan cara penyampaiannya.
Kedua, terkait rencana KTT ASEAN-Uni Eropa (UE) tahun ini, Indonesia mendorong agar momentum perayaan kemitraan ASEAN-EU dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kerja sama yang saling menguntungkan termasuk di bidang kebijakan perdagangan.
“Kekhawatiran (atas) masih terus berlangsungnya kebijakan-kebijakan UE yang menghambat perdagangan,” kata Retno.
Pada agenda ketiga, terkait dengan bantuan kemanusiaan di Myanmar, total nilai pasokan peralatan medis penanganan Covid-19 di Myanmar yang telah disalurkan mencapai lebih dari US$ 7,6 juta.
Penyaluran dilakuan dalam tiga tahap kepada 17 negara bagian dan wilayah di negara tersebut.
Indonesia mendukung poin-poin yang disampaikan dan mendorong penguatan kapasitas institusional ASEAN.
Khusus mengenai etnis Rakhine, Sekjen ASEAN melaporkan bahwa proyek untuk meningkatkan kesiapan kapasitas Myanmar untuk mendukung proses repatriasi telah rampung.
Sejumlah proyek lainnya masih berjalan dan ada beberapa yang masih dalam pembahasan.
Pertemuan ini dijadwalkan pada awal Januari 2022. Namun karena beberapa pertimbangan dan situasi, maka pertemuan diundur menjadi Februari 2022. (ATN)
Discussion about this post