ASIATODAY.ID, CANBERRA – Setelah sempat terjadi perselisihan, Australia dan Prancis akhirnya mengumumkan kesepakatan kompensasi substansial dengan pembuat kapal selam Prancis, Naval Group pada Sabtu lalu.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan, perusahaan Prancis telah menyetujui penyelesaian adil dan merata sebesar 555 juta Euro atau setara Rp8,5 triliun untuk Australia.
Perjanjian tersebut menarik garis di bawah perselisihan kedua negara itu.
“Ini memungkinkan kami untuk membalik halaman dalam hubungan bilateral kami dengan Australia dan melihat ke masa depan,” kata Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu, dikutip dari AFP, Senin (13/6/2022).
Albanese mengungkapkan, dia akan melakukan perjalanan ke Prancis segera untuk ‘mengatur ulang’ hubungan dengan Prancis.
Perselisihan dimulai pada September 2021, ketika Perdana Menteri (PM) Australia saat itu Scott Morrison tiba-tiba memutuskan kontak lama dengan Angkatan Laut yang didukung negara Prancis untuk membangun selusin kapal selam bertenaga diesel.
Dia juga mengejutkan Paris dengan mengungkapkan pembicaraan rahasia untuk membeli kapal selam bertenaga nuklir AS atau Inggris, sebuah perubahan besar bagi sebuah negara dengan sedikit kemampuan nuklir domestik.
Keputusan itu memicu kemarahan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang secara terbuka menuduh Morrison berbohong dan memanggil duta besarnya dari Australia sebagai protes.
Hubungan dingin itu berlangsung sampai Mei ini ketika Australia memilih pemimpin kiri tengah Albanese.
Sejak menjabat, ia bergegas untuk memperbaiki hubungan yang tegang dengan Prancis, termasuk Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik, yang keberatan dengan langkah pemerintah konservatif sebelumnya yang menyeret perubahan iklim.
“Kami membangun kembali hubungan yang lebih baik antara Australia dan Prancis,” ucap Albanese.
“Saya menantikan untuk menerima undangan Presiden Macron kepada saya untuk mengunjungi Paris pada kesempatan paling awal,” sambungnya.
Berbicara di sela-sela KTT keamanan Dialog Shangri-La di Singapura, Lecornu mengatakan Prancis menghargai “persahabatannya” dengan Australia.
“Hanya karena pemerintah di masa lalu tidak menepati janjinya, bukan berarti kita harus melupakan hubungan strategis kita,” katanya.
“Australia memiliki tim baru yang berkuasa, kami senang dapat bekerja dengan mereka,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post