ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi Covid 19 mengguncang perekonomian global ke titik terburuk sejak resesi ekonomi yang diakibatkan oleh Perang Dunia ke II. Situasi saat ini bahkan jauh lebih buruk dibandingkan dengan krisis tahun 2008 yang menyebabkan disrupsi ekonomi 12 tahun lalu.
Dalam tataran global, terjadi disrupsi perdagangan global. Berdasarkan data IMF angka perdagangan global turun drastis 4,4 persen dengan total kerugian USD28 Triliun.
Hal ini mendorong para pemimpin dan CEO dunia yang tergabung dalam The Business 20 (B20) perwakilan bisnis di ajang KTT G20, menyuarakan 25 rekomendasi kebijakan kepada para pemimpin negara dunia untuk mengambil langkah cepat, tepat dan berani dalam memulihkan kondisi perekomian global yang inklusif dan berkelanjutan dalam B20 Summit.
Selain dihadiri perwakilan bisnis dari Indonesia, B20 Summit juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan bahwa setiap negara di dunia tidak dapat menghadapi dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 sendirian.
Diperlukan kerjasama multilateral untuk bersama-sama mengatasi dampak krisis, sehingga peran kepemimpinan secara global adalah sangat penting. Termasuk peranan organisasi multilateral seperti B20, yang berperan memberi navigasi kebijakan dan rekomendasi bagi pemerintah.
Para pemimpin global yang tergabung dalam B20 menyampaikan rekomendasi dalam B20 Summit yang digelar pekan lalu bertema “Transforming for Inclusive Growth”.
Pertemuan tahunan B20 ini ini bertujuan menyatukan suara pemimpin bisnis global untuk merekomendasikan aksi strategis dan komitmen bagi negara yang tergabung dalam G20, dalam rangka memperbaiki tatanan ekonomi dan sosial global akibat pandemi.
Sementara itu, Shinta Kamdani selaku perwakilan Indonesia serta menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional KADIN dan CEO Sintesa Group, menekankan bahwa pemimpin global harus mengambil tindakan yang tegas dan inklusif, fokus pada pemulihan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable) pasca pandemi.
“Akibat pandemi, ketidakpastian kebijakan, kerentanan perdagangan antar negara serta geopolitik menyebabkan banyak negara maupun masyarakat sangat rentan. Tidak hanya dalam segi finansial tapi juga social. Pada akhirnya menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi dan sosial semakin tajam,” jelasnya.
B20 menyuarakan 3 fokus besar rekomendasi yang terdiri atas 25 kebijakan yang perlu segera diambil para pemimpin dunia:
(1) Pemberdayaan masyarakat (Empowering People) yang terdiri atas 10 rekomendasi kebijakan, mencakup pemberdayaan perempuan dan generasi muda untuk membangun tenaga kerja yang resilien terhadap resiko ekonomi, kesehatan dan teknologi. Meningkatkan akses finansial terhadap pembangunan berkelanjutan dan diversifikasi ekonomi.
Menyediakan lebih banyak peluang kerja dengan mendorong sustainable tourism. Secara spesifik, B20 juga menghimbau untuk menguatkan kerjasama investasi dan ekonomi multilateral, dengan meniadakan proteksionisme dan mendorong pasar terbuka.
(2) Melindungi Planet (Protecting the Planet).
Mencakup peningkatan komitmen seluruh pemimpin G20 terhadap carbon neutrality yang ditargetkan terealisasi di tahun 2050
(3) Membentuk batasan baru (Shaping New Frontiers) dengan 12 rekomendasi kebijakan yang fokus pada upaya meningkatkan iklim investasi infrastruktur digital, seperti financial technology, 5G, artificial intelligence dan juga IoT yang tidak hanya untuk meningkatkan iklim ekonomi namun juga untuk memanjemen resiko terkait korupsi dan kecurangan. Serta penguatan e-commerce global melalui melalui pengembangan WTO agreement yang komprehensif, seimbang dan berstandar tinggi.
Menurut Shinta Kamdani, peranan investasi digital perlu amat diperhatikan, karena e-commerce bagi pelaku bisnis dalam tataran perdagangan global adalah krusial. Pasca pandemic, disrupsi disertai perubahan pola hidup, pola konsumsi dan pola perdagangan, menyebabkan e-commerce kian memegang peranan penting bagi pondasi perekonomian. Termasuk pagi pelaku usaha skala kecil dan menengah.
“Di Indonesia dan belahan negara lain, E-commerce juga telah menjadi pundak ekonomi bagi UMKM, di sisi lain, masyarakat semakin memilih untuk bertransaksi di e-commerce dengan barang yang ditransaksikan semakin berkembang. tidak hanya di barang elektronik, tapi mulai meranah ke barang-barang keseharian masyarakat. Melihat hal ini kebijakan untuk mendorong e-commerce untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, lintas batas harus didorong di sisi lain, tetap mengedepankan keamanan digital, privasi dan perlindungan konsumen,” paparnya.
Rekomendasi B20 sejalan dengan arah yang menjadi tujuan KADIN Indonesia untuk meningkatkan kompetisi pengusaha lokal, menarik investasi asing yang akan membuka lapangan kerja baru untuk menghadapi transformasi, menghadapi kesempatan dan tantangan yang mengemuka akibat pandemi.
Sebagai referensi, Business 20 atau B20 merupakan outreach group dari G20 atau perwakilan komunitas bisnis internasional dan terdiri atas pelaku bisnis terkemuka dunia.
B20 yang terdiri atas sektor swasta, menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan dan berimbang. B20 terus melakukan sejumlah pertemuan untuk menghasilkan rekomendasi dan komitmen para pemimpin bisnis dunia dan organisasi bisnis untuk menghadapi isu global yang penting dan berpengaruh secara signifikan.
B20 memberikan landasan kuat bagi dunia bisnis internasional untuk turut serta dalam tata kelola perekonomian global serta regulasi perdagangan, pembahasan kebijakan, rekomendasi yang dapat mendukung tugas G20 untuk mencapai ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang. (ATN)
Discussion about this post