ASIATODAY.ID, JAKARTA – Batik Indonesia kian menegaskan eksistensinya diberbagai belahan dunia, termasuk dilingkungan rohaniawan di Vatikan, Roma Italia.
Yang terbaru, KBRI Vatikan bahkan menyelenggarakan pelatihan membatik bagi para rohaniwan dan rohaniwati Katolik di Napoli, Italia.
Kegiatan yang dilaksanakan di Basilicadell’ Incoronata Madredel Buon Consiglio ini dihadiri 29 Suster dan tiga pastor dari 10 kongregasi (tarekat) di Napoli dan sekitarnya. Kongregasi-kongregasi ini secara hierarki di bawah Vatikan.
Pelatihan membatik dibuka Dubes RI untuk Takhta Suci, Antonius Agus Sriyono.
Melalui keterangan tertulis kepada asiatoday.id, Selasa (17/9/2019), pada moment itu, ia menyampaikan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan para rohaniwan dan rohaniwati di Italia mengenai kekayaan budaya Indonesia.
Dengan mengetahui budaya Indonesia, yang salah satunya adalah proses membatik, diharapkan para rohaniwan dan rohaniwati dapat menyebarkan keterampilan ini kepada rekan dan kolega asing di kongregasi masing-masing sehingga mereka dapat memahami keberagaman dan keindahan budaya Indonesia.
Dalam pelatihan yang dipandu Venny, para peserta mendapat penjelasan mengenai pengertian batik, jenis, dan coraknya. Arti batik sendiri berasal dari kata baris dan titik, yakni merujuk pada proses pembuatannya yang berasal dari barisan garis dan titik.
Mengenai jenisnya, terdapat dua macam batik, yaitu tulis dan cap, di mana untuk batik tulis dipakai alat yang dinamakan canting, sedangkan batik cap dibuat dengan mengecap kain menggunakan perangkat berbahan tembaga.
Oleh karena itu, kain yang dapat disebut batik adalah yang telah melalui proses tulis atau cap tersebut. Untuk corak batik, secara umum terdapat motif pegunungan, pesisir, kerajaan, kontemporer, dan dengan pengaruh asing, seperti Arab, Eropa, dan China.
Selama penyelenggaraan acara, para peserta tampak antusias dalam mengikuti pelatihan membatik. Hal ini dapat terlihat dari serius dan sabarnya para rohaniwan dan rohaniwati ketika mendengarkan paparan maupun dalam melaksanakan praktik membatik.
Dalam pelatihan, seluruh peserta diberikan kesempatan membuat batik tulis dengan menggunakan kain sutra yang telah diberikan arsiran motif batik, canting, dan lilin batik.
Terdapat setidaknya tiga tahapan yang dilakukan para peserta untuk menyelesaikan proses membatik, yaitu melukis motif di atas kain dengan canting dan lilin, mewarnai denganmencuci dan merebus kain yang telah ditulis, dan kemudian mengeringkannya.
Kegiatan pelatihan membatik ini merupakan yang pertama kalinya dilaksanakan KBRI Vatikan guna mempromosikan kebudayaan Indonesia. Batik sendiri telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sejak 2009 sebagai Masterpiecesof the Oral and the Intangible Heritageof Humanity dalam hal keunikan proses pembuatannya dan simbolismenya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post