ASIATODAY.ID, BANYUWANGI – Sebuah terobosan di sektor infrastruktur datang dari Banyuwangi, Jawa Timur. Pasalnya, pembangunan Bandara Internasional Banyuwangi yang mengusung arsitektur berkonsep hijau, menjadikan bandara ini sebagai contoh fasilitas publik pertama yang berkonsep hemat energi sekaligus ramah lingkungan.
“Bandaranya benar-benar berkonsep hemat energi. Tidak banyak lampu listrik dan dindingnya memakai kayu yang bersekat-sekat sehingga hawa segar angin bisa masuk ke ruangan menggantikan fungsi AC,” terang Deputi Bidang Koordinasi Sumberdaya Alam dan Jasa Kemenko Kemaritiman Agung Kuswandono, saat Rakor Konservasi Energi dan Pemenuhan Energi Bagi Pembangunan Daerah yang digelar Kemenko Kemaritiman di Banyuwangi, Rabu (7/8/2019).
Bangunan Bandara Banyuwangi hemat energi, terlihat dari material yang digunakan dan penataan ruang yang memanfaatkan energi yang ada di sekitarnya.
“Bandara ini layak menjadi contoh di Indonesia. Daerah-daerah perlu mengadopsi inovasi Banyuwangi dalam mengembangkan bangunan publiknya dengan konsep ramah lingkungan,” imbuhnya.
“Banyuwangi tidak hanya bandaranya, namun juga ada pendoponya yang juga dirancang ramah lingkungan. Ini menjadi best practice bagi kami semua,” tambahnya.
Menurut Agung, di Pulau Jawa sendiri saat ini masih terdapat 2.500 desa yang belum teraliri listrik oleh PLN, dan daerah-daerah perlu melakukan inovasi energi yang berkelanjutan sesuai potensi daerahnya.
“Kita bisa simpan energi panas matahari, tapi masih bertahap dan masih tertatih-tatih. Kami berharap pemda bisa bergerak, bisa gunakan tenaga surya, angin atau mikro hidro,” katanya.
Agung memandang, semua daerah perlu saling berbagi pengalaman terbaiknya, sehingga program konversi energi di Indonesia bisa berjalan sesuai yang diharapkan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaptesiasi kepercayaan Kemenko Kemaritiman yang telah menjadikan Banyuwangi sebagai daerah percontohan.
“Apresiasi ini menjadi pelecut bagi kami untuk terus mendesain kebijakan hemat energi di daerah,” ujar Anas.
Konsep hijau Bandara Banyuwangi sendiri, kata Anas, dibangun dengan ciri khas model Indonesia.
“Bandara Banyuwangi memiliki desain green building di mana bandara sangat meminimalkan penggunaan air conditioner (AC). Terminal ini memanfaatkan sirkulasi udara yang diatur dengan kisi-kisi, juga ada kolam air sebagai pendingin ruangan, yang dibantu aliran air untuk menyejukkan udara, di sekeliling terminal. Selain itu, atap terminal berhamparkan rerumputan hijau dan energi alami dimanfaatkan dengan mengatur pencahayaan matahari sebagai penerang ruangan di siang hari,” ujar Anas.
Rakor Konservasi Energi dan Pemenuhan Energi Bagi Pembangunan Daerah di Banyuwangi akan berlangsung 7-9 Agustus 2019, diikuti oleh 50 peserta dari kalangan pemerintahan.
Beberapa perwakilan pemerintah daerah, seperti Mentawai, Subang dan Manggarai Barat juga hadir untuk berbagi pengalaman tentang konservasi energi.
Dalam rapat koordinasi itu, juga mengundang kelompok nelayan dari Kuburaya, Kalimantan Barat, untuk berbagi inovasi dengan Pemkab Banyuwangi. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post