ASIATODAY.ID, JAKARTA – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ribuan umat islam menggelar Sholat Idul Fitri 1443 Hijriah, di Jakarta International Stadium (JIS) pada Senin (2/5/2022).
Sholat Idul Fitri di JIS dimulai pukul 07.00 WIB.
Pelaksanaan Sholat Id berjamaah di JIS ini menjadi pengalaman baru setelah selama dua tahun warga Jakarta tidak bisa melaksanakan berjamaah karena pandemi Covid-19.
Pengalaman pertama Sholat Id di JIS tentunya akan menjadi sejarah bagi umat Islam khususnya di Jakarta.
“Mereka yang datang ikut Sholat Id di sini maka mereka membuat sejarah karena mereka menjadi orang pertama yang akan sholat di JIS,” kata Anies ketika membuka Festival Bedug Malam Takbir di JIS, Minggu (1/5/2022) malam.
Adapun Sholat Idul Fitri di JIS dilaksanakan dengan Khatib KH Muhammad Cholil Nafis dan Imam Ustadz Heri Kuswanto yang menjadi juara MTQ Nasional 2018.
KH Muhammad Cholil Nafis, dalam khotbahnya menjelaskan tentang manusia yang suci dan bersih.
Kiai Cholil menyampaikan, sungguh sebuah metafora yang menarik untuk direnungkan. Allah SWT seolah-olah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci dan bersih, manusia yang baik dan berguna, manusia yang menang dan bahagia, itu adalah mereka yang mau dan mampu melihat problema masyarakat secara cermat dan bijak, dan kemudian bersedia memecahkannya.
“Mereka mampu menjadi lentera di kala gelap dan menjadi payung berteduh di saat panas. Mereka inilah penganut agama yang benar, agama yang hanifiyah was samhah, terbuka dan lapang, toleran dan pemaaf, damai dan santun. Inilah agama tauhid, agama Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW,” kata Kiai Cholil dalam khutbah Sholat Idul Fitri di JIS pada Senin (2/5/2022).
Ia menjelaskan, seorang yang merayakan Idul Fitri adalah orang yang mampu mengembalikan fitrahnya, yang ditunjukkan dengan banyak berbuat baik kepada khalayak. Makin banyak memberi manfaat kepada orang banyak maka makin tampak kesejatian diri yang fitri. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis. Sementara, kebenaran akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang akan mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia.
Seringkali, fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Berubah karena pergaulan, karena pengaruh budaya dan lingkungan, karena latar belakang pendidikan dan lain-lain.
Maka, agar fitrah itu tetap terpelihara kesuciannya, hendaknya ia selalu mengacu pada pola kehidupan Islami yang berlandaskan Alquran dan as-Sunnah.
Pola kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai agama dan akhlakul karimah serta melatih diri dengan berpuasa sunnah.
“Dari latihan Ramadhan, kita diharapkan mampu membangun manusia seutuhnya, insan kamil yang memiliki keteguhan iman, keluasan ilmu pengetahuan, serta cakap dalam menyikapi dan menjawab berbagai peluang dan dinamika kehidupan. Karena itu, segala kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan suci Ramadhan berupa ibadah puasa, qiyamullail, tilawah, dan tadarus Alquran, menyantuni fakir miskin dan yatim piatu, mengendalikan amarah dan hawa nafsu hendaknya tetap kita lestarikan,” ujarnya. (ATN)
Discussion about this post