ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ketua Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo S. Nugroho menilai PT PLN (Persero) sepertinya kurang menyadari bahwa kejadian padamnya jaringan listrik dan kesimpangsiuran informasi tersebut adalah krisis besar yang tidak berdiri sendiri. Dampaknya seperti bola salju ke pelayanan umum lainnya, seperti MRT, air minum PAM, provider telekomunikasi, dan lainnya.
“Informasi berapa jam akan padam, dan ada masalah apa sebenarnya masyarakat tidak terinformasikan dengan jelas. Alasannya karena trip, padahal orang awam nggak tau artinya. Coba dipakai bahasa lain, yaitu korsleting kan lebih paham,” kata Jojo yang juga Managing Director Imogen PR ini dalam pernyataan pers yang diterima Asiatoday.id, Selasa (6/8/2019).
Pernyataan manajemen PLN baik mengenai alasan padamnya aliran listrik baik kepada masyarakat maupun kepada presiden dengan bahasa teknis yang berbelit-belit menunjukkan bahwa tim komunikasi PLN tidak siap dan tidak memiliki standar operating procedure (SOP) penangangan krisis komunikasi yang baik.
Menurut Jojo, apa yang harus dilakukan oleh PLN untuk mengatasi agar reputasinya kembali membaik saat ini adalah dengan memperlihatkan bahwa tim PLN memang bersungguh-sungguh bekerja untuk membuat pasokan listrik kembali normal dan memberikan updatenya secara berkala baik kepada media massa maupun media sosial.
“Tidak perlu terlalu banyak janji, yang penting masyarakat tahu PLN bekerja untuk pemulihan listrik dan informasikan sejelasnya jika ada pemadaman bergilir lewat media massa dan akun medsos resmi PLN,” tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo usai mendengar penjelasan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut) PLN Sripeni Inten Cahyani, langsung ngeloyor pergi. Presiden sepertinya marah lantaran penjelasan yang berbelit-belit. Belum lagi simpang siurnya informasi soal pemadaman listrik berkala membuat reputasi perusahaan listrik pelat merah ini makin buruk di mata masyarakat.
,’;\;\’\’
Discussion about this post