ASIATODAY.ID, BEIJING – China menepis tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa Beijing melakukan genosida terhadap Uighur dan minoritas Muslim lainnya sebagai “kebohongan yang keterlaluan”. China menganggap AS hanya membual.
Di bawah Pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan habis masa jabatannya, AS telah berselisih dengan China mengenai perdagangan, keamanan, teknologi, asal-usul pandemi Covid-19, dan hak asasi dari Hong Kong ke Xinjiang, rumah bagi minoritas Uighur.
Di hari terakhir Pemerintahan Trump, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo meluncurkan sikap terakhirnya melawan China.
Diplomat top AS ini mengatakan, penahanan besar-besaran Beijing terhadap sebagian besar minoritas Muslim di wilayah Xinjiang sama dengan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dalam bantahan yang menggambarkan bahasa tegang antara rival, Kementerian Luar Negeri China membalas, menuduh Pompeo mengarang “proposisi palsu yang sensasional” selama masa jabatannya.
“Genosida tidak pernah terjadi di masa lalu, tidak terjadi sekarang, dan tidak akan pernah terjadi di China,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, Rabu (20/1), seperti dilansir dari CNA.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan, setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim berbahasa Turki lainnya telah ditahan di kamp-kamp di Xinjiang.
Akses independen ke area sensitif sangat dibatasi, membuat pelaporan dan verifikasi tuduhan hampir tidak mungkin.
Pompeo mendesak semua badan internasional termasuk pengadilan untuk menangani kasus-kasus atas perlakuan China terhadap Uighur. Dia juga menyuarakan keyakinan bahwa Amerika Serikat akan terus meningkatkan tekanan.
China menyangkal melakukan kesalahan dan berpendapat bahwa kamp-kampnya adalah pusat pelatihan kejuruan yang dimaksudkan untuk mengurangi daya pikat ekstremisme Islam.
Pengganti Pompeo, pilihan Presiden terpilih Joe Biden untuk Menteri Luar Negeri, Antony Blinken mengatakan pada Selasa (19/1), dia setuju dengan keputusan petahana untuk melabeli tindakan China sebagai genosida.
Blinken juga berjanji untuk tetap bersikap keras terhadap China.
Tetapi, Hua menyimpan sebagian besar kritiknya pada Rabu untuk Pompeo, dengan menyebutnya “badut”. Dan sebaliknya, ia menyarankan pejabat AS lainnya agar tidak disesatkan oleh anggota Pemerintahan Trump.
Hua berharap, Pemerintahan Biden yang akan datang akan “memperlakukan China secara objektif dan rasional, dan bertemu China di tengah”.
Selain itu, Biden bisa lebih terukur dalam nada dan merajut kembali aliansi yang compang-camping di panggung global. (ATN)
Discussion about this post