ASIATODAY.ID, BEIJING – Pemerintah China menegaskan komitmennya untuk mendanai upaya konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) di negara-negara berkembang.
Komitmen itu disampaikan oleh Presiden China, Xi Jinping selama pertemuan puncak konservasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (12/10/2021).
Komitmen China itu datang di tengah ketidaksepakatan di antara donor-donor utama pada inisiatif tersebut.
Sebagai salah satu negara pencemar lingkungan terbesar di dunia, China kini berusaha memainkan peran yang lebih menonjol secara internasional dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati selama kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Xi Jinping menegaskan komitmen pendanaan itu di forum KTT ketika delegasi dari sekitar 195 negara berkumpul di Kunming, China Selatan. Ini adalah yang pertama dari pertemuan puncak dua bagian, tentang upaya konservasi tumbuhan, hewan, dan ekosistem. KTT ini bertujuan untuk menetapkan kesepakatan baru yang menetapkan target untuk 2030 dan 2050.
“China akan memimpin gerakan untuk mendonori konservasi keanekaragaman hayati Kunming dengan kontribusi modal 1,5 miliar yuan (USD233 juta) untuk mendukung tujuan konservasi keanekaragaman hayati di negara-negara berkembang,” kata Xi Jinping dalam pidato yang disampaikan melalui tautan video di KTT para pemimpin COP15, Selasa (12/10/2021).
“China menyerukan kepada komunitas internasional untuk berkontribusi pada dana tersebut,” tukasnya.
Usulan utama yang diperdebatkan di konferensi tersebut adalah agenda “30 kali 30” yang akan menghasilkan 30% dari status perlindungan daratan dan lautan bumi pada 2030.
Pengeluaran global untuk melindungi dan memulihkan alam perlu ditambah tiga kali lipat pada dekade ini, menjadi sekitar USD350 miliar per tahun pada 2030 dan USD536 miliar pada 2050 untuk memenuhi target ini, kata laporan PBB pada Mei 2021.
Tetapi beberapa donor negara kaya mengatakan dana baru untuk konservasi tidak diperlukan karena Fasilitas Lingkungan Global (GEF) PBB telah membantu negara-negara berkembang membiayai proyek-proyek hijau.
“Penting untuk memobilisasi semua sumber, termasuk dana yang ada seperti fasilitas lingkungan global dan dana iklim, untuk melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati,” ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Masalah pendanaan akan dibahas dalam negosiasi di Jenewa pada Januari 2022, kemudian pada pertemuan bagian kedua pada April dan Mei tahun depan.
Janji pemerintah China jauh di bawah USD4 miliar yang dijanjikan oleh Inggris untuk proyek konservasi global selama lima tahun ke depan, atau komitmen Prancis untuk menghabiskan 30% pendanaan iklimnya untuk keanekaragaman hayati.
“Pengumuman China adalah awal, bukan akhir dari perlombaan,” kata Georgina Chandler, staf senior kebijakan internasional di Royal Society for the Protection of Birds (RSPB) yang berbasis di Inggris.
“Kita sekarang perlu melihat negara-negara lain melangkah antara sekarang dan musim semi tahun depan. Tanpa tindakan nyata di atas meja, dunia akan menyepakati serangkaian target lain tanpa komitmen untuk mewujudkannya,” lanjutnya.
Perang Bunuh Diri
Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati telah diratifikasi oleh 195 negara dan Uni Eropa (UE). Pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak terlibat, meski tercatat sebagai pencemar terbesar di dunia dalam sejarah. Sementara para pihak peseta konvensi mengadakan pertemuan setiap dua tahun.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa negara-negara termiskin di dunia akan terkena dampak terburuk dari hilangnya keanekaragaman hayati.
“Kita kalah dalam perang bunuh diri melawan alam,” ujarnya.
“Keruntuhan ekosistem dapat menelan biaya hampir US$ 3 triliun per tahun pada 2030. Dampak terbesarnya akan terjadi pada beberapa negara termiskin dan berutang banyak,” lanjut Guterres.
Diskusi keanekaragaman hayati di COP15 terpisah dari KTT COP26 yang lebih berat, akan dimulai bulan depan di Glasgow, Skotlandia, di mana para pemimpin dunia berada di bawah tekanan untuk bertindak untuk mengatasi krisis iklim. (AFP/ATN)
Discussion about this post