ASIATODAY.ID, JAKARTA – Agresifitas militer China di Laut China Selatan membuat negeri itu kian kehilangan respect. Tidak hanya dari negara-negara di Asia Tenggara, namun juga di kawasan Asia Pasifik.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bahkan secara terbuka mengecam segala bentuk agresifitas China karena merusak stabilitas di kawasan Asia Pasifik.
Karena itu, Tsai mengajak Negara-negara di kawasan Indo-Pasifik untuk berkoordinasi dan bersepakat untuk mengambil suatu kebijakan, demi menghentikan meluasnya tindakan militer agresif China di kawasan tersebut.
“Tidak ada negara yang dapat menciptakan keamanan, perdamaian dan kesejahteraan regional seorang diri, oleh karena itu semua negara harus bekerja sama,” kata Tsai saat berbicara di Ketagalan Forum pada tanggal 8 September 2020 kemarin.
Menurut Tsai, perekonomian dan keamanan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Negara-negara sehaluan di kawasan Indo-Pasifik harus bekerja sama membangun kembali rantai pasokan (supply chain), demi menciptakan era pasca wabah yang makmur dan sejahtera.
Presiden Tsai menjelaskan sejak merebaknya pandemi Covid-19, pemerintah telah bersiap siaga, menerapkan kebijakan transparansi informasi, serta mengambil langkah pencegahan, untuk menjadikan Taiwan sebagai salah satu tempat paling aman di dunia, tanpa mengorbankan demokrasi dan kebebasan.
Prestasi ini dihasilkan berkat kerja sama dan perjuangan yang dilakukan oleh pemerintah, pelaku sektor industri, dan seluruh lapisan masyarakat.
Saat ini Taiwan telah memberikan bantuan sebanyak 50 juta lembar masker kepada negara-negara Eropa, Asia, dan Amerika, serta menjalin kerja sama dengan berbagai negara untuk mengembangkan vaksin dan alat deteksi cepat.
“Dengan membantu diri sendiri barulah kita dapat membantu orang lain, ketika kita membantu diri sendiri dan memberikan manfaat kepada orang lain, mereka juga akan membantu kita,” kata Tsai dikutip keterangan tertulis MOFA, Kamis (10/8/2020).
Tsai menegaskan, Taiwan bertekad untuk menjaga demokrasi dan kebebasan. Taiwan sedang mempercepat pengembangan kemampuan perang asimetris (asymmetric warfare) untuk memperkuat pertahanan nasional, serta melakukan reformasi cadangan militer untuk memastikan perlengkapan militer sesuai dengan kebutuhan, dan meningkatkan kemandirian industri pertahanan.
“Semua ini dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan militer yang terjadi, memperkuat kemampuan pertahanan diri, dan meningkatkan rasa percaya masyarakat terhadap kemampuan perlindungan diri yang dimiliki Taiwan,” tegasnya.
Presiden Tsai juga mengatakan bahwa dalam “Forum Restrukturisasi Rantai Pasokan” yang beberapa hari lalu diselenggarakan oleh American Institute in Taiwan (AIT), telah disepakati bahwa negara-negara demokrasi harus bekerja sama, untuk menciptakan ketahanan rantai pasokan global yang tangguh, dan aman dari ancaman politik China.
Forum tersebut turut dihadiri oleh pihak Amerika Serikat, Jepang, serta perwakilan dari negara Eropa.
Taiwan telah berulang kali menghadapi tantangan besar, dan berhasil menghadapinya dengan cara mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan.
“Hanya dengan cara seperti inilah kita dapat mempertahankan perdamaian, kesejahteraan, dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post