ASIATODAY.ID, BEIJING – China menuduh NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) telah mendorong ketegangan antara Rusia dan Ukraina ke “titik puncak.”
Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.
Pada jumpa pers harian, dia mendesak AS untuk menanggapi kekhawatiran China dengan serius dan menghindari merusak hak atau kepentingannya dalam menangani masalah Ukraina dan hubungan dengan Rusia.
Dia juga mengatakan China menentang sanksi dan pembatasan sepihak oleh AS, dan mendesak agar kebijakan Washington terhadap Ukraina dan Rusia tidak boleh merugikan hak serta kepentingan China.
“China akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk secara tegas membela hak-hak perusahaan dan individu China,” kata Zhao seperti dikutip dari CNA, Kamis (9/3/2022).
Sebelumnya, Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan kepada New York Times, perusahaan China yang menentang pembatasan AS terhadap ekspor ke Rusia dapat terputus dari peralatan dan perangkat lunak Amerika yang mereka butuhkan untuk membuat produk mereka.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Selasa, Raimondo mengatakan, AS pada dasarnya dapat “menutup” Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) atau perusahaan China mana pun yang menentang sanksi AS dengan terus memasok chip dan teknologi canggih lainnya ke Rusia.
Washington juga mengancam akan menambahkan perusahaan ke daftar hitam perdagangan jika mereka menghindari pembatasan ekspor baru terhadap Rusia, karena hal itu meningkatkan upaya untuk menjaga beragam teknologi keluar dari negara yang menginvasi Ukraina bulan lalu.
“Jika AS mengetahui bahwa perusahaan seperti SMIC menjual chipnya ke Rusia, kami pada dasarnya dapat menutup SMIC karena kami mencegah mereka menggunakan peralatan dan perangkat lunak kami,” kata Raimondo.
SMIC sendiri tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal itu. (ATN)
Discussion about this post