ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kebijakan perluasan ganjil genap secara bertahap mulai efektif memperbaiki kualitas udara di ibu kota. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan rata-rata kosentrasi polutan jenis PM 2.5 sebesar 20,23%
Angka itu didapati berdasarkan data pemantauan dari dua Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di lokasi yang beririsan dengan penerapan perluasan ganjil genap, yakni Stasioner Bundaran HI dan Stasioner Kelapa Gading.
“Dari semula 59,68 µg menjadi 47,60 µg atau mengalami penurunan sebesar 20,23%,” ujar Kepala Dishub DKI Jakarta, Syafrin Liputo saat dihubungi Senin (30/9/2019).
Menurut Syafrin, data yang digunakan pihaknya berasal dari Dinas Lingkungan Hidup DKI sesuai hasil pengukuran di kedua stasioner tersebut.
Kualitas Udara di Jakarta pada Minggu sore memang diprediksi tidak sehat. Hal ini berdasarkan data AirVisual, dimana US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara di Jakarta tercatat diangka 141 PM2.5 Konsentrasi 52 µg/m³, pada pukul 15.22 wib.
Berdasarkan data AirVisual, Jakarta diketahui menempati urutan 10 sebagai kota paling tercemar di dunia. Dimana sebelumnya pada (5/9) Jakarta pernah berada di peringkat pertama sebagai kota paling tercemar udara di dunia.
“Memang belum sepenuhnya pulih, tetapi ganjil genap secara bertahap polusi sudah bisa dikendalikan. Kami akan terus memonitor ini dan mengevaluasinya termasuk menyiapkan langkah tambahan untuk menekan polusi ini,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post