ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Global Trade Alert dalam laporan terbarunya mengungkapkan lebih dari 20 negara di dunia telah mengambil langkah-langkah untuk melarang atau membatasi ekspor peralatan medis dan obat-obatan di tengah pandemi covid-19. Kondisi itu mengartikan meningkatnya proteksionisme di seluruh dunia pada waktu yang kritis seperti saat ini.
Laporan berjudul ‘Menangani Covid-19 Bersama’ dari Global Trade Alert menyebutkan bahwa konsekuensi dari pembatasan ekspor pada ventilator medis menyoroti risiko bagi negara-negara berkembang selama pandemi covid-19. Hal ini tentu disayangkan dan sebaiknya ada kajian kembali untuk tidak membatasi aktivitas ekspor.
“Miliaran orang di negara berkembang bergantung pada perdagangan internasional untuk akses ke teknologi kritis ini, yang membantu pasien yang menderita covid-19 stadium lanjut,” tulis laporan Global Trade Alert, melansir Xinhua, Sabtu (4/4/2020).
Global Trade Alert meminta negara-negara untuk menghapuskan tarif sepihak, dan menerapkan prakarsa tarif dan bantuan yang menyapu hambatan yang menghalangi pasokan medis mencapai lokasi yang sangat dibutuhkan. Kesemuanya penting dilakukan dalam rangka bahu membahu memerangi pandemi covid-19.
Sementara itu, Bank Dunia menggelontorkan dana mencapai USD160 miliar atau sekitar Rp2.624 triliun (kurs Rp16.400) untuk membantu negara-negara di dunia menghadapi pandemi virus corona (covid-19).
Kelompok Bank Dunia bertindak cepat untuk meningkatkan dukungan ketika negara-negara menanggapi krisis covid-19 dan menghadapi berbagai konsekuensi, termasuk risiko resesi global.
Dengan persetujuan dari Dewan, Bank Dunia segera meluncurkan dukungan darurat melalui operasi di seluruh dunia. Dana ini bisa digunakan selama 15 bulan ke depan untuk membantu negara-negara melindungi orang miskin dan rentan, mendukung bisnis, dan mendukung pemulihan ekonomi.
“Negara-negara termiskin dan paling rentan kemungkinan akan paling terpukul. Kelompok Bank Dunia mengambil tindakan luas dan cepat untuk mengurangi penyebaran covid-19 dan kami sudah memiliki operasi respons kesehatan yang bergerak maju di lebih dari 65 negara,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass.
Ketentuan khusus untuk pembiayaan jalur cepat memungkinkan kelompok awal proyek-proyek Bank Dunia senilai USD1,9 miliar untuk berlangsung cepat di 25 negara.
Tim Bank juga bekerja dengan klien untuk secara cepat mengirimkan kembali USD1,7 miliar lebih lanjut dari proyek yang ada ke respons dan pemulihan pandemi yang mendesak. (ATN)
Discussion about this post