ASIATODAY.ID, KENDARI – Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) bekerja sama dengan Penang Institute menggagas Forum Kota Hijau atau Green Cities Forum (GCF) di Penang, Malaysia, 13-14 Januari 2020.
GCF diselenggarakan di bawah kerangka inisiatif Kota Hijau pada Kerja Sama Sub Regional BIMP-EAGA dan IMT-GT yang telah dimulai sejak 2014 dan telah memberikan manfaat nyata bagi kota-kota yang berpartisipasi.
Forum ini mempertemukan para delegasi dari sembilan negara di Asia, termasuk Indonesia.
ADB dan Penang Institute mengundang 8 (delapan) perwakilan dari setiap negara yang terdiri dari masing-masing 3 (tiga) perwakilan kota di wilayah BIMP-EAGA dan IMT-GT, 1 (satu) perwakilan dari Environment Cluster, dan 1 (satu) Sekretariat Nasional dengan tujuan dapat menjadi platform untuk meningkatkan kapasitas, berbagi pengetahuan serta membangun jaringan kota.
Adapun Indonesia diwakili oleh sejumlah Walikota diantaranya, Walikota Kendari, Sulawesi Tenggara, Sulkarnain Kadir, Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, Wali Kota Batam H Muh Rudi, Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono) dan Wali Kota Tomohon Jimmy F Eman.
“Keikutsertaan kami di forum ini menjadi pengalaman berharga apalagi agendanya membahas isu aktual dan futuris, tentang kota masa depan, bagaimana menjaga kelestarian dunia dengan fokus mewujudkan kota hijau,” terang Walikota Kendari, Sulkarnain dalam keterangannya, Selasa (14/01/2020).
Menurut Sulkarnain, salah satu tema yang paling mengemuka dalam forum tersebut terkait penanganan sampah, karena disadari penanganan sampah di berbagai kota dan daerah perlu mendapat perhatian optimal.
Berbagai fakta terungkap di forum itu, utamanya testimoni keberhasilan dan terobosan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga berbagai lembaga seperti NGO, khususnya pemangku kepentingan dan pemerhati lingkungan dalam menciptakan Kota Hijau.
“Beberapa lembaga menawarkan konsep sangat menarik, yakni konsep membangun kota yang mendorong partisipasi publik,” imbuhnya.
Penanganan sampah yang mendorong partisipasi publik kata dia, sangat menarik karena relevan dan kompatibel dengan kondisi Kota Kendari apalagi relatif tidak membutuhkan biaya besar dalam penerapannya.
Menurut Sulkarnain, konsep itu mencakup Reuse, Reduce dan Recycle (3R) yang sudah lama dikenal. Konsep ini juga telah diterapkan pada beberapa daerah di Malaysia, khususnya Kota Kinabalu sebagai kota percontohan ADB dengan visi Green City dan Smart City.
Kota Kinabalu Malaysia mencoba menerjemahkan konsep tersebut dengan tiga pendekatan, yakni pengurangan sampah, pemilahan sampah, dan pemanfaatan sampah, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi lokal termasuk dengan berbagai pendekatan teknisnya.
“Insya Allah konsep ini akan kami adaptasi di Kota Kendari dengan beberapa penyesuaian,” imbuhnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post