ASIATODAY.ID, HONG KONG – Aksi demonstrasi memprotes Undang-Undang (UU) Keamanan Nasional Hong Kong terus berlanjut.
Untuk mengelabui aparat dan mengakali UU tersebut, para aktivis pro demokrasi menggunakan bahasa sandi agar sulit diinterpretasi sebagai protes anti-pemerintah.
Salah satu contohnya adalah grafiti kalimat yang bertuliskan “Bangkitlah wahai kalian yang enggan diperbudak”. Kalimat tersebut adalah kutipan langsung dari lirik lagu kebangsaan China. Hal itu jadi mengaburkan makna kalimat tersebut, apakah sebagai simbol patriotisme atau perlawanan ke China.
“Di ruang publik (untuk saat ini), pilihannya antara tidak berbicara sama sekali atau memanfaatkan bahasa ‘resmi’ untuk melindungi diri. Makna tersembunyi adalah hal yang tidak bisa ditindak secara hukum,” ujar aktivis pro-demokrasi veteran asal Hong Kong, Chan Kin-man, melansir Al Jazeera, Sabtu (4/7/2020).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Selasa lalu, Parlemen China mengesahkan UU Keamanan Nasional Hong Kong yang kontroversial. UU tersebut mengatur segala hal yang dianggap bisa mengancam Hong Kong seperti subversi, terorisme, intervensi asing, pemisahan diri, dan masih banyak lagi.
Namun, undang-undang tersebut memiliki banyak pasal karet. Alhasil, penggunaannya menjadi sangat fleksibel dan tergantung interpretasi pemakainya. Efeknya sudah terlihat di mana slogan “Bebaskan Hong Kong” tak boleh lagi digunakan selama unjuk rasa karena dianggap sebagai pesan anti-China. Hal itu lah yang memicu warga mengakalinya dengan bahasa sandi.
Selain memanipulasi lirik lagu kebangsaan China, masih ada banyak bentuk sandi lainnya. Salah satu yang banyak dipakai netizen Hong Kong adalah frasa “Rebut kembali pisangnya”. Kata “Pisang”, apabila dituliskan dengan huruf tradisional China, memiliki bentuk yang hampir sama dengan kata “Hong Kong”. Dengan kata lain “Rebut kembali pisangnya” memiliki arti “Rebut kembali Hong Kong”.
Ada juga yang membuat kalimat-kalimat bernada positif, namun sesungguhnya menyindir seperti “Make Hong Kong Great Again”. Kalimat tersebut menyindir China karena merupakan parodi dari slogan Presiden Amerika Donald Trump. Amerika, sebagaimana diketahui, bermusuhan dengan China.
“Aksi pembungkaman pasti akan selalu dibalas dengan perlawanan rakyat,” ujar Chan Kin-man menegaskan. (ATN)
Discussion about this post