ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Pusat Riset Kelautan (Puriskel) akan melakukan kajian pemanfaatan anjungan migas yang sudah tidak aktif di Blok Kangean, Jawa Timur.
“Blok tersebut akan dimanfaatkan untuk budi daya perikanan lepas pantai sekaligus diproyeksikan untuk dimanfaatkan sebagai gudang pakan, control room bagi smart aquaculture, stasiun pengisian bahan bakar, sumber air bersih (desalinasi), cold storage, tambatan perahu yang memberikan perlindungan ketika cuaca buruk, serta layanan perizinan,” ujar Kepala Pusriskel I Nyoman Radiarta dalam siaran pers KKP, Kamis (4/2/2021).
Budi daya laut di anjungan migas pascaproduksi memang berpotensi untuk dikelola secara terintegrasi dan secara komprehensif. Hal tersebut juga berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dengan melibatkan masyarakat dalam beberapa segmen kegiatan, antara lain produksi benih, kegiatan pembibitan, usaha penyiapan induk, pemeliharaan ikan, pakan, serta pengangkutan benih dan induk.
Adapun sepanjang 2015-2019, Puriskel telah melakukan kajian pemanfaatan anjungan migas lepas pantai (AMLP) pascaproduksi untuk program Rig-to-Fish Farm.
Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), terdapat kurang lebih 600 anjungan migas lepas pantai yang tersebar di perairan Indonesia.
Dari angka tersebut, 18 persen telah berumur antara 21-30 tahun, dan 53 persen berumur di atas 30 tahun. Jika ditotal, anjungan migas yang sudah berumur di atas 20 tahun adalah 71 persen atau sekitar 389. Anjungan-anjungan ini sudah mendekati masa akhir produksinya dan harus segera dilakukan perencanaan pembongkaran.
Pemerintah bersama operator migas mendonasikan struktur bangunan lepas pantai mereka untuk dimanfaatkan sebagai sarana budi daya perikanan lepas pantai (off-shore aquaculture), stasiun pemantauan laut (research-based station), rescue base, energi alternatif dari ombak atau angin dan sinar matahari, pariwisata (dive spots), dan terumbu karang buatan (artificial reef).
Sementara pada 2017, Puriskel bekerja sama dengan Korea Maritime and Ocean University Consortium (KMOUC) melakukan penelitian dan studi tentang pemanfaatan kembali anjungan lepas pantai yang ditinggalkan untuk program terumbu karang.
“Pada 2019, KKP dan KMOUC sepakat membentuk Korea – Indonesia Offshore Research Cooperation Center (KIORCC) dengan fokus kerja sama pada isu yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan, serta capacity building dan bridging platform untuk kerja sama sektor industri Indonesia-Korea Selatan,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post