ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perubahan iklim menciptakan berbagai dampak di planet bumi. Salah satunya, fenomena yang jarang terjadi di Gurun Sahara.
Selama ini, Gurun Sahara dikenal sebagai padang pasir terluas di dunia yang membentang dari Samudra Atlantik ke Laut Merah, mencakup hampir sepertiga benua Afrika.
Gurun ini memiliki suhu yang panas sekitar 38 dan 40 derajat Celcius, namun fenomena aneh tiba-tiba hadir di gurun tersebut. Gurun Sahara bersalju!
Mengutip dari The Independent, hujan salju terjadi di wilayah Gurun Sahara, tepatnya di dekat Kota Ain Sefra, barat laut Aljazair setelah suhu di sana turun di bawah nol. Daerah ini diketahui hanya mengalami salju beberapa kali dalam 40 tahun terakhir.
Ain Sefra terletak di Pegunungan Atlas, 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikenal sebagai pintu gerbang ke gurun. Kota yang terletak di Provinsi Naama, Aljazair di bagian utara Sahara tersebut, dekat dengan perbatasan Maroko.
Meskipun suhu bervariasi di gurun terbesar di dunia, salju dan es sangat jarang terjadi. Satu-satunya insiden salju yang tercatat di Ain Sefra terjadi pada 1979, 2017, 2018, dan tahun lalu.
Jumlah hujan salju sangat bervariasi, mulai dari badai salju yang menghentikan lalu lintas pada 1979 dan 2018 yang tebalnya hingga 40 cm.
Ain Sefra, yang didirikan pada tahun 1881 sebagai kota garnisun Prancis, mengalami suhu tinggi rata-rata sekitar 37 derajat Celcius di musim panas dan mencapai rekor terendah -10,2C di musim dingin.
Fenomena salju di Gunung Sahara ini diprediksi karena dampak perubahan iklim yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Kendati demikian, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC), otoritas terkemuka dunia untuk ilmu iklim, pada 2018 lalu melaporkan bahwa mengidentifikasi iklim ekstrem di wilayah Sahara terhambat oleh kurangnya data dan studi ilmiah.
Namun yang pasti, kondisi yang lebih panas, lebih kering, dan pola cuaca yang berubah-ubah terkait dengan krisis iklim di Afrika membuat Gurun Sahara bertambah besar karena peningkatan penggurunan.
Kepala Layanan Federal Rusia untuk Hidrometeorologi dan Pemantauan Lingkungan Roman Vilfand, sebelumnya mengatakan bahwa krisis iklim dapat berperan dalam hujan salju Sahara.
Hujan salju yang turun di gurun terbesar dunia itu, musim dingin yang panjang di Amerika Utara, cuaca yang sangat hangat di bagian Eropa Rusia dan hujan berkelanjutan yang memicu banjir di negara-negara Eropa Barat, terjadi lebih sering ke depannya.
“Kekambuhan yang tinggi dari kondisi (cuaca) ekstrem ini berasal dari pemanasan global. Ini bukan hanya sudut pandang saya, tetapi juga pendapat yang dibagikan oleh anggota Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim,” tegasnya. (ATN)
Discussion about this post