ASIATODAY.ID, SINGAPURA – Ekonomi global saat kian terguncang.
Pasalnya, kondisi keuangan global yang dianggap sangat berkorelasi dengan pertumbuhan di masa depan, berada pada kondisi terketat dalam dua tahun.
Hal itu didorong oleh melonjaknya harga energi, merosotnya pasar saham, dan dampak pasar akibat konflik Rusia-Ukraina.
Kondisi keuangan adalah ungkapan umum tentang bagaimana metrik seperti nilai tukar, perubahan ekuitas, dan biaya pinjaman memengaruhi ketersediaan pendanaan dalam perekonomian.
Bagaimana kondisi longgar atau ketat mendikte pengeluaran, tabungan, dan rencana investasi bisnis dan rumah tangga?
Goldman Sachs, yang mengkompilasi indeks kondisi keuangan yang paling banyak digunakan, di masa lalu telah menunjukkan adanya pengetatan pertumbuhan sebanyak 100 basis poin di tahun mendatang, dengan pelonggaran yang setara memberikan dorongan yang sesuai.
Pengetatan tersebut merupakan perkembangan yang tidak diinginkan bagi ekonomi dunia yang sudah terancam oleh dampak dari harga minyak USD120 per barel dan kemunduran rantai pasokan yang disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia.
“Jika ini mendorong inflasi terus meningkat, dan jika bank sentral menjalankan mandat mereka dengan serius, Anda akan melihat (pengetatan) lebih lanjut dalam kondisi keuangan,” kata Ahli Strategi DZ Bank Rene Albrecht, dikutip dari CNA, Selasa (8/3/2022).
“Dinamika ekonomi akan semakin melambat, inflasi akan tetap tinggi, dan Anda akan melihat efek putaran kedua dan kemudian Anda mendapatkan skenario stagflasi,” tambahnya, mengacu pada kombinasi kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
Indeks kondisi keuangan global (FCI) Goldman Sachs berada di 100,2,60 basis poin (bps) atau lebih ketat daripada sebelum invasi Rusia ke Ukraina dan level yang terakhir terlihat pada Maret 2020, ketika pandemi pertama kali melanda.
Kenaikan dipimpin oleh FCI Rusia, yang naik setinggi 114,8 dari sekitar 98 pada awal Februari hingga yang terketat sejak krisis 2008, didorong oleh dua kali lipat suku bunga dan ledakan pasar. Langkah Rusia telah membawa FCI pasar negara berkembang ke level terketat sejak 2016.
Pergerakan zona euro juga cukup besar. Kondisi di blok tersebut, yang sangat bergantung pada energi Rusia, berada pada level terketat sejak November 2020, setelah bergerak 50 bps pada Februari, didorong juga oleh bank sentral Eropa (ECB) yang membuka pintu untuk kenaikan suku bunga tahun ini.
Ahli Strategi Makro Global Vanda Research Viraj Patel mengatakan kondisi keuangan akan menjadi lebih penting bagi ECB, yang bertemu pada Kamis waktu setempat. Jika dilanjutkan dengan pelepasan pembelian obligasi dan diikuti kenaikan suku bunga seperti perkiraan sebelum invasi, kondisi keuangan dapat mengetat ke tingkat yang terlihat pada puncak pandemi.
“Atau bahkan krisis utang negara satu dekade lalu,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post