ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP), Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Fadli Zon mempertanyakan janji negara-negara maju yang sudah berkomitmen menyiapkan USD100 miliar untuk program aksi iklim.
Fadli Zon mengungkapkan hal itu saat bertemu Wakil Ketua Parlemen Eropa untuk ASEAN, Tomasz Poręba di Senayan Jakarta, Selasa (14/6/2022).
“Namun disini yang jadi pertanyaannya adalah bagaimana komitmen negara-negara maju soal perubahan iklim (climate change). Dimana mereka menjanjikan akan menyiapkan dana climate change sebesar hampir USD100 miliar, namun yang saya melihat belum ada progresnya. Karena untuk mencapai zero emission di tahun 2050 perlu transformasi dan itu memerlukan biaya yang mahal,” kata Fadli.
Fadli Zon mengapresiasi Parlemen Eropa yang memiliki kesamaan pandangan dengan Parlemen Indonesia dalam isu perubahan iklim (climate change) dan implementasi ekonomi hijau (green economy), termasuk soal kelapa sawit dan deforestasi.
“Kedatangan Tomasz tidak lain adalah untuk memperkuat hubungan kedua parlemen. Dan dalam pembicaraan kami tadi, banyak sekali pendapatnya yang sesuai dengan sikap Indonesia. Dimana, mereka juga tidak ingin negara-negara maju itu (terutama) mendikte negara-negara berkembang dalam berbagai hal termasuk dalam hal climate change, dan dalam hal yang lain,”jelas Fadli Zon usai pertemuan tersebut.
Fadli mengungkapkan, Parlemen Eropa menginginkan kerjasama yang lebih terbuka, termasuk memberikan satu peluang bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan Polandia untuk bisa catch up (mengejar ketertinggalan), serta terkait green policy lain-lainnya.
Tidak hanya itu kata Fadli, Tomasz juga mendukung Indonesia terkait berbagai isu yang selalu dihembuskan kepada Indonesia, seperti isu batu bara, palm oil atau deforestasi yang kadang-kadang menyudutkan Indonesia.
Padahal, sebenarnya banyak progres yang sudah dilakukan Indonesia untuk memperbaiki keadaan yakni lewat program-program yang sangat pro lingkungan, termasuk pencapaian dalam soal kelapa sawit dan bidang-bidang lain.
Untuk isu deforestasi saja misalnya, Indonesia sudah banyak menanam pohon di lahan-lahan tidur yang tidak terpakai. Bahkan yang semakin masif adalah kesadaran masyarakat Indonesia tentang climate change.

Selain Parlemen Eropa, Fadli Zon juga bertemu Utusan Perdagangan Inggris (the UK Prime Minister’s Trade Envoy) untuk Filipina, Malaysia, Indonesia dan ASEAN Richard Graham dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins, di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Selasa (14/6/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Fadli mendiskusikan hubungan bilateral kedua negara khususnya juga berkaitan dengan kerja sama yang selama ini terjalin antara Indonesia dengan Westminster Foundation for Democracy (WFD) yang merupakan sebuah badan publik Inggris Raya yang didedikasikan untuk memperkuat demokrasi di seluruh dunia.
“Diskusi bersama anggota parlemen Inggris, Richard Graham yang juga merupakan ketua dari Westminster Foundation for Democracy, sebuah institusi yang sangat penting mempromosikan demokrasi dan selama ini DPR RI khususnya BKSAP juga selalu bekerjasama dengan WFD ini,” ujar Fadli.
Lebih lanjut, bersama Duta Besar Owen Jenkins, Fadli juga berdiskusi mengenai berbagai hal seperti hubungan antar parlemen kedua negara, peran parlemen ke depan, isu climate change, terkait dengan green economy, demokrasi serta bagaimana situasi dan kondisi di dunia saat ini.
Fadli berharap dari pertemuan tersebut dapat terus terjalin hubungan baik antara kedua negara.
“Richard Graham ini pernah tinggal di Indonesia dulu dan masih bisa komunikasi berbahasa Indonesia, kita harapkan juga beliau bisa menjadi bagian dari parlemen yang mengerti Indonesia,” tutupnya.
Turut mendampingi Fadli Zon dalam pertemuan tersebut, Wakil Ketua BKSAP Putu Supadma Rudana, Wakil Ketua BKSAP Achmad Hafisz Tohir, dan Wakil Ketua BKSAP Gilang Dhiela Fararez. (ATN)
Discussion about this post