ASIATODAY.ID, JENEWA – Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam laporan terbarunya bertajuk ‘Greenhouse Gas Bulletin’ menyebutkan, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer telah memecahkan rekor tertinggi pada 2018, dan diprediksi akan memicu lebih banyak cuaca ekstrem di sejumlah wilayah.
Laporan ini akan dirilis dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB di Madrid, Spanyol, pekan depan. Studi dalam laporan tersebut mengukur konsentrasi gas yang bertanggung jawab atas pemanasan global.
“Tidak ada tanda-tanda perlambatan, apalagi pengurangan, dari konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer — terlepas dari semua komitmen di bawah Perjanjian Iklim Paris,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas, dikutip dari Sky News, Rabu (27/11/ 2019).
Kesimpulan dalam laporan itu berbunyi, “tren jangka panjang berkelanjutan ini dapat diartikan bahwa generasi mendatang akan menerima dampak yang lebih parah lagi dari perubahan iklim, termasuk meningkatnya temperatur, cuaca ekstrem, krisis air, peningkatan ketinggian air laut serta gangguan terhadap ekosistem laut dan darat.”
Konsentrasi karbon dioksida (CO2) disebut WMO telah meningkat dari 405,5 ppm pada 2017 menjadi 407,8 satu tahun setelahnya. CO2 adalah produk pembakaran bahan bakar fosil yang merupakan kontributor terbesar pemanasan global.
Tingkat CO2 407,8 ppm telah melebihi kenaikan rata-rata 2.06 ppm per tahun antara 2005 dan 2015.
“Perlu diketahui bahwa terakhir kalinya tingkat konsentrasi CO2 di Bumi mencapai level setinggi ini, adalah sekitar tiga hingga lima juta tahun lalu,” ujar Taalas.
Masih menurut laporan WMO, penaikan tingkat konsentrasi metana, salah satu gas rumah kaca yang lebih kuat dari CO2 namun terurai lebih cepat, mencapai level tertnggi sejak 1998.
Begitu juga dengan nitro oksido, yang konsentrasinya tercatat mencapai angka tertinggi dalam sejarah. Kendali begitu, Taalas telah optimistis menghadapi KTT Perubahan Iklim di Madrid pada 2 Desember mendatang.
“Berita baiknya adalah, visibilitas isu (perubahan iklim) ini menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga sering dibicarakan ketimbang beberapa tahun lalu,” tutur Taalas.
“Secara pribadi, saya lebih optimistis ketimbang 10 tahun lalu,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post