ASIATODAY.ID, MEDAN – Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata optimistis kunjungan wisatawan ke Danau Toba bisa mencapai target satu juta orang. Untuk mendukung target tersebut pemerintah akan mengucurkan anggaran untuk penyelesaian pengembangan infrastruktur di kawasan Danau Toba sebesar Rp 1,6 triliun.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengungkapkan hal itu diacara Wisuda ke XXI tahun 2019 Politeknik Pariwisata Medan yang meluluskan 363 alumni, Kamis (18/7/2019).
“Masalah di kawasan Danau Toba seperti juga daerah wisata lainnya di Indonesia adalah kurangnya akses sehingga pemerintah merasa perlu kembali memperkuat infrastruktur,” ujarnya.
Menurut Arief, dana sekitar Rp 1,6 triliun itu merupakan bagian dari total anggaran Rp 6,4 triliun untuk menyelesaikan pengembangan infrastruktur di empat destinasi pariwisata super prioritas. Empat destinasi pariwisata super prioritas itu diantaranya Danau Toba, Mandalika, Borobudur, dan Labuan Bajo. Pembangunan pengembangan infrastruktur itu harus selesai tahun 2020.
“Peningkatan kunjungan memang tidak bisa langsung terlihat, tetapi infrastruktur dan utilitas harus dibangun untuk mencapai target itu. Pembangunan pariwisata memang harus mencakup tiga hal yakni atraksi, transportasi, serta amenitas yang memadai. Oleh karena itu pariwisata membutuhkan sinergitas dari semua pemangku kepentingan,” paparnya.
Pada kesempatan itu, Menpar Arief Yahya juga berpesan kepada lulusan Poltekpar Medan agar bisa mengambil peran sebagai pebisnis dan pengelola profesional industri pariwisata di destinasi Danau Toba.
“Destinasi pariwisata Danau Toba nanti menjadi destinasi pariwisata kelas dunia. Di sana akan banyak berdiri hotel dan resort internasional. Lulusan Poltekpar Medan harus mengambil peluang ini agar bisa memenangkan persaingan di era digital tourism 4.0,” imbuhnya.
Arife juga menjelaskan, saat ini Pariwisata Indonesia tumbuh signifikan pada Januari sampai Desember 2018 mencapai 12,58 persen atau jauh di atas pertumbuhan pariwisata di kawasan regional 7,4 persen dan pariwisata dunia tumbuh 5,6 persen.
“Begitu pula devisa yang dihasilkan tahun ini diperkirakan mencapai 18 miliar dolar AS atau berada di ranking teratas mengalahkan CPO. Kalau di era tahun 1980-an, kita selalu menyebut penghasil devisa di Indonesia adalah migas dan nomigas, tapi era sekarang kita menyebut dengan pariwisata dan non-pariwisata,” tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengakui kawasan pariwisata Danau Toba memang masih kekurangan akses sehingga Pemprov Sumut gembira ada program pembangunan infrastruktur. Soal masih adanya pencemaran Danau Toba yang bisa menurunkan minat wiaatawan berkunjung, gubernur menyebutkan masalah itu sedang diatasi.
“Wisatawan ke Danau Toba untuk melihat air danau. Kalau air danau tercemar mana mungkin wisatawan datang,” ujarnya. (Lis/AT)
,’;\;\’\’
Discussion about this post